Chereads / BALAS DENDAM MANTAN ISTRI / Chapter 5 - Pernikahan Sekar Di Ujung Tanduk.

Chapter 5 - Pernikahan Sekar Di Ujung Tanduk.

Setelah Sekar mengetahui perbuatan suami di belakangnya, Sekar tetap diam saja tidak ada reaksi apapun, mungkin semua kesalahan ada padanya karena selama ini terlalu sibuk dan suaminya kurang Sekar perhatikan, sehingga suami mencari pelarian dengan cara menikah lagi.

Kesalnya Sekar, suaminya kalau mau pulang ke Bandung selalu minta uang untuk beli bensin dan dengan pura-pura tidak tahu Sekar hanya mengatakan, "Kamu kerja Pa, di Bandung mana gaji kamu, terus-terus minta bensin sama aku, sedangkan keperluan sehari-hari mana ? aku tidak pernah tahu dan terima gaji kamu, yang ada kamu selalu minta uang sama aku, itu apa tidak salah." Lalu suaminya menjawab dengan nada kasarnya, "Hai, baru aku minta uang sedikit saja kamu sudah protes macam-macam, tanya ini itu, aku ini laki-laki banyak kebutuhan, memang kamu saja." "Aku cuma tanya, begitu marahnya bukan main kamu Pa, selama ini mana tanggung jawab kamu sebagai kepala keluarga , apa aku minta, aku cuma mau kamu jujur Pa, kalau aku ada salah coba katakan," kata Sekar. Lalu jawabn Martin lagi, "Coba, kamu ingat-ingat Ma, apa saja perkataanmu dan perkataan Mamamu, kalian berdua sama pedasnya kalau bicara itu membuatku sakit hati tahu." Lamjut Martin, "Kamu, tanya tanggung jawab aku sebagai kepala keluarga ? bukannya sudah kamu gantikan aku sebagai kepala keluarga, karena dalam mengambil keputusan apapun, apa pernah kamu tanya aku terlebih dahulu, selamaa ini tidak pernah dan aku disini tidak pernah kamu hargai dan hormati sebagai suami." Dan jawab Sekar, "Kenapa ?, kalau untuk mengambil keputusan itu selalu aku, karena kamu selama ini selalu tidak peduli dengan kami, kamu selalu sibuk dengan diri sendiri, orang tuamu dan istri mudamu." Setelah Sekar menyebut istri mudaMartin terkejut, dan langsung bengong, dan tidak menjawab sepatah katapun. "Sekarang, jawab pertanyaanku semua, dahulu kamu mengejar aku untuk dinikahi karena aku perempuan yang bekerja dan punya uang itu tujuan kamu sebenarnya dan kamu tidak cinta sama aku cuma cinta sama uangku," kata Sekar.

Dan Martin masih terdiam tidak bisa menjawab sama sekali. Lanjut Sekar, "Kamu, di Bandung memang aku tidak tahu kamu punya istri lagi, kamu bawa-bawa perkenalkan sama semua orang, padahal aku mau ikut kesana saja kamu tidak mengizinkan, banyak alasan kamu Pa."

Dengan nada melembut, "Kamu, kerja Ma, bagaiman ikut aku ke Bandung." Jawab Sekar, "Itu, hanya alasan kamu saja, dasar pembohong." Akhirnya Martin mengurungkan niatnya yang semula mau pergi ke Bandung, kemudian Martin pergi kekamar berbaring di tempat tidur, dan Sekar perhatikan, Martin matanya menerawang ke atas langit-langit rumah entah apa yang dipikirkannya dan Sekar tidak peduli, Sekar bersiap untuk berangkat kerja karena tadi terganggu dengan pertengkaran.

Ketika Sekar sedang memanaskan mobil, tiba-tiba Herman melihat dan berhenti, "Sekar, rupanya disini rumahmu,"katanya. Jawab Sekar, "Ini, disini aku kontrak sejak masih gadis dan aku belum punya rumah." "Oh, maaf, aku pikir itu rumahmu," ucapnya. Kemudian Herman menawarkan, "Sekar, ayo naik mobilku saja dan sekalian aku mau ke kantor kamu ada meeting hari ini." Sekar, naik mobilnya Herman dan lanjut Herman bertanya lagi, " bagaimana kabar suamimu." "Ah, biasa saja, pusing aku," ucap Sekar. "Dan maaf, bukan aku mau tahu, kamu habis bertengkar dengan suamimu ya, sebab muka kamu masam jadi tidak cantik lagi," katanya sambil tersenyum menggoda. Kemudian Sekar mengangguk dan berkata, "Herman, mungkin aku salah selama ini, terlalu sibuk, tenggelam dalam pekerjaan, tapi kalau aku tidak bekerja begini yang mencukupi rumah tangga sehari-hari dan bayar kontrakan siapa ?, mengharapkan suami tidak mungkin, jika dia punya uang yang dia ingat hanya orang tuanya dan kebutuhan dia sendiri, kami tidak pernah dipikirkan, alasan dia aku bisa sendiri menangani semuanya termasuk berbagai macam keputusan jadi dia merasa tidak diperlukan lagi." "Oh, begitu seperti orang kecewa dia sama kamu," jawab Herman. "Itu, yang aku bingung sekarang harus bagaimana ? kadang aku putus asa dengan keadaan rumah tanggaku ini," kata Sekar. "Ya, sudahlah itu merupakan cobaan rumah tangga, jika kamu lulus sukses, jika kamu gagal hancur,"kata Herman. Lalu lanjut Herman, "Sekarang. tidak usah pusing-pusing memikirkan kehidupan yang serba ruwet kita menghadapinya dengan happy saja, bagaimana nanti sepulang kerja kita duduk santai dulu di tempat biasa aku berkumpul dengan teman-teman untuk menghilangkan penat pikiran." Karena mereka banyak berbicara sampai tidak terasa sudah sampai di depan kantor. Dan ketika jam kerja telah usai Sekar bergegas untuk pulang, dan waktu lift terbuka Herman sudah berdiri di depan lift dan dengan santai juga senyumnya yang lebar terus tangannya menggandeng Sekar, mereka berdua menuju mobil yang ada di pelataran parkir kantor. Lalu mereka berlalu dari kantor, dan tidak terasa telah larut malam Sekar baru sampai di rumah, dan lihat suaminya sudah tidur dikamar, dan Sekar bergegas kekamar mandi untuk membersihkan diri, sesudah itu melihat Chandra anaknya yang sudah tidur dan kemudian mencium dan memeluk anaknya itu, dan tidak sadar Sekar tertidur disitu dan Sekar terkejut ketika asisten rumah tangganya membangunkan, "Bu, bangun sudah siang, tadi bapak mencari ibu dan bapak melihat ibu tidur dengan Chandra, dan sekarang bapak sudah pergi pagi-pagi sekali waktu ibu masih tidur," katanya.

Pagi itu, seperti biasa Sekar berangkat kerja dengan mengemudikan mobil sendiri dan ditengah jalan Herman menelepon menanyakan sudah sampai dimana, kemudian Sekar menjawab,"Aku menuju kantor." "Oh, ya sudah," jawab Herman. Lanjut Herman, "Sukses ya, aku juga menuju kantor tadi aku pikir bisa mengantar kamu ke kantor." Jawab Sekar, :Aku bawa mobil sendiri."

Dan ketika pulang kerja saat Sekar hendak memasukan mobil ke garasi Sekar melihat mobil suaminya sudah ada, dalam hati sudah pulang, ada apa rupanya, tidak jadi pergi, apa karena tidak punya duit untuk kasih istri mudanya.

Lalu Martin menghampiri Sekar dan bertanya, "Jam berapa. kamu pulang semalam Ma ?." Sekar jawab dengan enteng, "Tidak tahu, jam berapa." "Aku, tunggu kamu Ma, tapi tidak masuk-masuk kamar dan aku lihat kamu tidur sama Chandra masih pakai piyama mandi dan kamu terlihat lelah sekali, memang dari kantor terus kamu hangout kemana ? tidak biasanya kamu begitu," kata Martin. Sekar jawab berbohong tidak mengatakan pergi dengan Herman, "Ada teman ulang tahun di rayakan di cafe sampai larut malam." Lalu kata Martin, "Kamu tidak bohong Ma." "Terserah ! kamu mau percaya atau tidak," jawab Sekar dengan kesal. "Aku, tanya baik-baik kamu marah Ma," kata Martin. Terus Sekar menjawab, "Oh ya, enak apa tidak kalau jawabnya begitu, kamu juga kalau aku tanya baik-baik jawabnya dengan marah, jangan egois jadi orang." Dan disini suami Sekar terdiam seribu bahasa kemudian pergi lagi tetapi tidak bawa mobil dia naik ojek online entah pergi kemana Sekar benar-benar tidak peduli, mau pulang atau tidak, terserah saja, Sekar sebagai istri tidak pernah diberitahu.