Chereads / Guruku Cinta Pertamaku (GCP) / Chapter 4 - Salah Sandal Sebelah

Chapter 4 - Salah Sandal Sebelah

Kepala Casey menoleh perlahan. Dilihatnya tatapan ibunya yang begitu tajam seolah menuntut jawaban yang masuk akal darinya.

"Mau—ke rumah Diva bu," jawab Casey bohong.

"Temen kamu cuma Diva ya?"

"Huh?" Casey tak mengerti dengan pertanyaan dari ibunya.

"Maksud ibu apa kamu gak punya temen lain yang pintar gitu. Biar kamu bisa ketularan pinter juga. Diva kan—sama aja kayak kamu."

"Wah, ibu gak boleh bilang gitu loh. Kalau ibu mau ngejelek-jelekin Casey gak apa apa. Karena Casey anak ibu. Tapi kalau ibu ngejelek jelekin Diva, entar orang tuanya gak terima gimana? Terus ibu dilaporin atas pencemaran nama baik? Ibu mau?"

"Khayalan kamu makin liar Cas. Lebih baik kamu stop koleksi komik gak berguna itu dan mulai belajar."

Dalam hati Casey mulai berhitung.

"Satu… Dua… Tiga!" Casey langsung membuka pintu dan berlari sekencang kencangnya.

"Casey!!" teriak ibu Casey yang tidak menyangka jika anaknya akan kabur seperti itu, "Awas aja kalau dia pulang nanti," desisnya kemudian.

Casey berhenti berlari ketika dia sudah jauh dari rumahnya. Dan ketika itu dia baru menyadari jika dia memakai sandal yang salah sebelah.

"Aihhh!!" Casey menatap kakinya yang sebelah kanan memakai sandal jepit miliknya berwarna putih dan sebelah kiri dia memakai sandal bermerk milik kakaknya.

"Udahlah, pasang muka tembok aja. Siapa juga yang mau ngelihatin kaki gue." Akhirnya dengan percaya diri Casey berjalan keluar dari perumahannya menuju ke ruko pinggir jalan di mana terdapat toko komik langganannya di sana.

Ponsel Casey berbunyi. Dan itu adalah pesan dari Ken.

Ken : Cas, gue udah sampai di toko komiknya. Tinggal satu jilid tiga puluhnya, udah gue amanin.

Casey tersenyum lebar. Ken temannya paling bisa diandalkan saat situasi seperti ini.

Ken sendiri adalah teman Casey dari SMP. Mereka juga pernah sekelas saat masuk kelas sepuluh SMA. Namun ketika sudah kelas sebelas, keduanya berpisah karena Ken masuk ke kelas IPA sedangkan Casey masuk ke kelas Bahasa.

Casey : Oke, gue udah mau nyampe sekarang.

Setelah membalas pesan Ken, Casey bisa sedikit bersantai karena komik miliknya sudah diamankan oleh temannya itu.

***

Ken menatap satu komik yang tersisa di rak. Untungnya dia belum terlambat untuk bisa sampai ke sana. Ken sendiri paling tahu jika komik itu adalah kesukaan Casey. Meski dia tak ikut membacanya, namun dia selalu ke sana tepat waktu untuk mengamankan komik tersisa karena Casey pasti selalu terlambat karena ibunya.

Namun ketika tangan Ken terulur untuk mengambil komik itu, sebuah tangan dari sisi depan juga ingin menarik komik itu. Dan membuat Ken terkejut.

"Oh? Gue gak boleh kalah. Ini punya Casey," batin Ken. Dia menariknya lebih kuat, dan di sisi depan juga tak mau kalah dengan menariknya lebih kuat lagi.

"Permisi, gue duluan yang lihat komik ini. Jadi tolong lepasin," kata Ken dari tempatnya berdiri. Dia tidak bisa melihat sosok yang ada di rak depannya itu.

"Gimana saya bisa tahu kalau kamu duluan?" sahut orang yang ada di depan.

Ken tidak menanggapinya. Dia menariknya sekuat tenaga hingga membuat tubuhnya terjatuh ke lantai karena orang itu melepaskan tangannya dari komik itu.

"Akh!" Komik yang tadinya Ken pegang menjadi terlepas ketika dia terjatuh. Dan saat dia hampir mengambilnya lagi sebuah tangan lebih dulu mengambilnya.

"Kamu gak apa apa?" Suara itu membuat Ken mengangkat kepalanya. Dia terkejut melihat sosok yang ada di depannya itu.

"Guru baru?" desis Ken.

Dilan memperhatikan seragam sekolah yang masih dipakai oleh Ken saat ini. Dan itu menandakan jika anak tersebut adalah salah satu muridnya di sekolah.

"Kamu—murid SMA Bina Harapan?"

Ken berdiri dan menepuk nepuk bagian belakang celananya.

"Iya," jawabnya singkat.

"Biarpun bapak guru saya, tapi saya gak akan ngalah buat komik ini." Ken menunjukkan komik yang sudah berhasil dipegangnya itu di depan wajah Dilan.

"Ken!" Casey tiba tiba masuk ke dalam toko dengan wajah yang sumringah.

Mendengar suara itu, Ken dan Dilan sontak menoleh bersamaan.

Casey terkejut ketika dia melihat Dilan juga berada di sana bersama dengan Ken. Kakinya yang terbuka lebar dan tangan yang masih memegang pintu kaca toko itu langsung Casey tarik ke depan.

Dia merapatkan kakinya dan tangannya sudah dalam posisi sopan.

"Pak Dilan," sapa gadis itu dengan suara yang lembut. Tidak seperti saat dia menyebut nama Ken sebelumnya.

"Oh, Casey. Kamu ke sini buat komik Romantic Couple juga? Sayang banget tinggal satu, dan udah diambil—Ken." Dilan membaca tanda nama yang ada di seragam milik murid laki laki itu.

Casey sontak menoleh ke arah Ken.

"Ini Cas, punya lo." Ken mengulurkan komik itu ke arah Casey. Namun Casey justru malah tertawa jaim dan tak segera mengambilnya.

"Apaan sih Ken, gue kan udah bilang kalau gue mau berhenti baca komik. Sebentar lagi kan ujian, gue mesti belajar," kata Casey sambil tertawa terpaksa.

"Hah? Kapan lo bilang begitu ke gue?"

Casey menendang kaki Ken dari samping untuk membuat temannya itu mengikuti skenarionya.

"Pak Dilan mau baca komik ini? Kalau gitu silahkan pak. Saya udah beneran berhenti kok." Casey mengambil komik yang ada di tangan Ken dan menyerahkannya pada Dilan.

"Kamu yakin?"

Casey mengangguk cepat.

"Ya udah makasih ya Casey." Dilan tersenyum ramah dan membawa komik itu ke kasir untuk dibayarnya.

Sementara itu Ken yang tadinya hanya diam akhirnya buka suara lagi.

"Lo apaan sih Cas? Gue kan udah bela belain amanin itu komik buat lo," protes Ken. Dia tidak menyangka jika Casey akan menghianatinya seperti ini.

"Ssst! Ini lebih penting dari komik itu sekarang," desis Casey. Matanya tak bisa berhenti melihat makhluk indah ciptaan Tuhan yang bernama Dilan itu.

"Dasar sinting lo," desis Ken. Dia lalu pergi meninggalkan toko komik itu karena kesal dengan sikap plin plan Casey.

Setelah selesai membayar, Dilan kembali ke arah Casey yang masih berdiri mematung di tempatnya semula.

"Mau bareng Cas? Kita kan searah. Tapi saya gak bawa motor sih. Kita jalan kaki bareng kalau mau," ajak Dilan yang langsung membuat Casey menjadi bersemangat.

"Mau pak!" jawab Casey secepatnya.

Dilan tertawa memperlihatkan matanya yang menyipit dan gigi rapinya. Membuat Casey jadi semakin menggila.

"Ya udah ayo."

Casey berjalan menyusul Dilan. Dan kini mereka sedang berjalan kaki menuju ke perumahan mereka. Casey tak bisa berhenti tersenyum, dan ketika dia menunduk dia baru sadar jika sandal yang dipakainya saat ini benar benar konyol.

"Huh, kenapa mesti sekarang salah sendalnya?!"