Chereads / Guruku Cinta Pertamaku (GCP) / Chapter 6 - Wanita Pilihan Ibu

Chapter 6 - Wanita Pilihan Ibu

Dilan tersenyum sendiri ketika mengingatnya. Bukan karena komik yang dibacanya saat ini yang membuatnya merasa lucu. Melainkan Casey yang memakai sandal berbeda sebelah.

Sebenarnya Dilan sudah mengetahuinya sejak Casey masuk ke dalam toko komik tadi. Namun dia tak mungkin menertawakan hal itu karena sudah pasti Casey akan merasa sangat malu. Dan kini dia sudah tak bisa lagi menahan tawanya ketika mengingat hal itu.

"Casey.. Casey.. Kamu lucu banget," kata Dilan di sela sela tawanya.

TOK TOK!

Dilan menoleh ke arah sumber suara. Dan di sana terlihat ibunya yang sudah berdiri di ambang pintu kamarnya. Dia lali menutup buku komiknya dan berjalan menghampirinya.

"Ada apa bu?"

Ibu Dilan mengeluarkan sebuah foto wanita dari belakang punggungnya.

"Kali ini ibu pengen lihat kamu punya pasangan Dilan."

Ada helaan napas yang terdengar. Sepertinya permintaan dari ibunya kali ini masih sulit untuk ia kabulkan.

"Dilan masih dua puluh dua tahun bu. Bukannya ini terlalu cepet kalau ibu minta Dilan buat menikah?"

"Ibu gak minta kamu cepet menikah. Ibu cuma pengen lihat kamu punya pasangan. Ibu ngerasa bersalah banget, karena sejak ibu sakit ibu cuma lihat kamu belajar dan belajar. Gak pernah ibu lihat kamu punya pacar atau temen wanita. Dan itu semua karena keegoisan ibu yang minta kamu buat jadi guru."

Dilan tersenyum dan menatap wajah ibunya, "Nanti ya bu," jawabnya selalu sama. Ini sudah kesekian kali Dilan menolak wanita yang ingin dikenalkan ibunya. Entah dengan alasan dia sedang sibuk ataupun alasan klasik lainnya.

"Ibu mohon Dilan, kali ini aja seenggaknya kamu harus bertemu sama dia dulu. Dia wanita yang baik dan gak akan nyusahin kamu kok."

Dilan menatap ibunya lekat lekat. Tak enak juga untuk menolaknya lebih jauh. Apalagi ibunya hanya memintanya untuk bertemu dengan wanita itu, bukannya langsung menikahinya.

"Ya udah, kalau itu mau ibu. Dilan bakalan temuin dia."

Ibu Dilan akhirnya tersenyum lega. Dia memperlihatkan foto yang ada di tangannya dengan bangga seolah wanita itu sudah pasti akan jadi menantunya.

"Namanya Melisa. Usianya lebih tua tiga tahun dari kamu, tapi dia juga guru. Jadi kalian pasti nyambung ngobrolnya dan cocok."

Dilan melihat foto wanita tersebut. Melisa terlihat cantik dan dewasa. Sepertinya dia memiliki aura yang positif."

"Ya udah bu, besok minggu Dilan temuin Melisa."

"Kalau gitu biar ibu bikin janji buat kalian ketemu ya."

Dilan mengangguk. Dia ikut senang ketika melihat ibunya yang bersemangat seperti itu.

***

Keesokkan harinya Dilan sampai di sekolah lebih siang dari biasanya. Dia memarkir motor maticnya di tempat biasa. Dan ketika dia keluar dari area parkir dia melihat Casey yang sedang berjalan sambil membaca buku pelajaran. Sepertinya di kelasnya akan ada ulangan di jam pelajaran pertama.

Dilan tanpa sadar tersenyum melihatnya. Apalagi ketika Casey sesekali memukul pundaknya yang tampak menanggung beban berat tasnya.

Dilan memperlebar langkahnya dan mensejajari langkah Casey.

"Pagi," sapa Dilan dengan ramah. Pagi pagi sekali dia sudah menebar senyum manisnya hanya pada Casey.

"Eh, pak Dilan. Pagi juga," sahut Casey jaim.

"Hari ini kamu ada ulangan ya?"

"Iya nih pak. Ngerepotin banget." Casey tanpa sadar mengeluh pada seorang guru. Dan ketika dia menyadarinya, Casey langsung tertawa dengan canggung.

"Gak kok pak, gak ngerepotin. Ini bagus sih kalau ulangan pagi pagi. Biar otak masih fresh," ralat Casey ketika situasi menjadi aneh karena ucapannya sebelumnya.

"Saya yakin kamu bakalan dapet nilai bagus kok Cas. Jadi semangat ya."

Casey mengangguk cepat. Senangnya bisa disemangati guru ganteng itu di sekolahnya.

"Loh, pak. Itu ruang guru?" Casey menunjuk ruang guru yang sudah mereka lewati.

"Iya, saya mau ke sana dulu kok."

"Oh." Casey tak berpikir apa apa. Dia hanya berjalan seperti biasanya sampai di depan kelasnya.

"Saya duluan ya pak," ucap Casey ketika mereka sudah berhenti di depan kelasnya.

Dilan melepaskan tangannya yang sebelumnya mengangkat tas punggung Casey, "Iya Cas. Sukses ya ujiannya."

Casey mengangguk lalu masuk ke dalam kelasnya.

"Perasaan tadi udah gak berat tas gue. Kenapa tiba tiba jadi berat lagi?" gumamnya merasa aneh. Dia segera meletakkan tasnya di mejanya dengan kasar.

"Hari ini banyak banget buku yang dibawa!" keluhnya.

Sementara itu Dilan yang sudah mengantarkan Casey sampai di depan kelasnya langsung berbalik dan kembali ke kantor guru.

Dari kejauhan Ken melihat guru baru itu sepertinya terlalu memberikan perhatian yang berlebih hanya pada Casey. Dia merasa kesal dan melemparkan permen lolipopnya yang masih utuh.

"Dia pasti suka sama Casey! Kalau gak, gak mungkin dia sampai ngelakuin hal itu ke dia. Dasar guru cabul!" umpatnya lalu berjalan menghampiri kelas gadis itu.

"Cas, gue mau ngomong sama lo," kata Ken ketika dia masuk ke kelas Casey. Saat itu Diva yang baru sampai ikut penasaran dan mendengarkan apa yang ingin Ken katakan pada teman sebangkunya itu.

"Ngomong apa? Awas ya kalau gak penting," sahutnya malas.

Ken melirik ke arah Diva. Sepertinya tidak enak jika Diva mendengar hal itu, bisa bisa kabar itu akan menyebar dan Casey yang akan mendapat masalah dengan murid perempuan lain.

"Apa?" tanya Casey tak sabar.

"Poni lo miring sebelah!" Ken langsung berdiri dan meninggalkan kelas Casey saat itu juga. Dia mengurungkan niatnya untuk memberi tahu Casey soal Dilan yang mungkin menyukainya.

"Apa apaan sih?" desis Casey kesal. Dia sudah membuang waktu berharganya untuk mendengarkan perkataan Ken yang tidak penting.

"Emang poni gue miring sebelah Div?" tanya Casey pada Diva yang duduk di sebelahnya. Dan temannya itu langsung memperhatikan kening Casey.

"Gak kok. Cantik." Diva menggeleng dengan cepat.

"Makasih."

***

Dilan yang saat ini berada di ruang guru sedang membuat soal ulangan untuk murid muridnya ketika jam pelajarannya tiba nanti. Tiba tiba ponselnya berbunyi dan ada pesan masuk dari nomor yang tidak ia kenal.

081223357*** : Pagi Dilan, aku Melisa. Kamu bisa menghubungiku di nomor ini. Sampai ketemu besok minggu.

Dilan membacanya, dan tangannya kemudian mengetikkan beberapa kata untuk balasan. Namun tak lama ia menghapusnya lagi karena merasa dia tak harus menjawabnya terlalu panjang. Karena dirinnya tak berniat untuk melanjutkan perjodohan itu ke jenjang yang lebih serius. Dia hanya ingin bertemu dengan wanita itu karena ibunya yang meminta. Toh sekarang Dilan sedang tidak ingin memiliki pasangan, dan entah sampai kapan.

Dilan : Baik. Sampai ketemu besok.

Setelah itu Dilan meletakkan kembali ponselnya di meja. Dan ketika balasan Dilan sudah dibaca oleh Melisa, wanita itu tak lagi membalasnya.