"Bagaimana? Kau sudah membubuhkan racun pada makanannya tiap hari?" tanya pria itu.
"Sudah, dan sepertinya ia tidak curiga sedikitpun jika aku membubuhkan racun dalam makanannya," terang Darsih lirih.
"Baguslah, jika dia lumpuh maka tidak akan ada yang bisa merebut kedudukan calon putra mahkota pada bayi dalam kandunganku," kata wanita di sebelah lelaki, yang berdiri di depan Darsih.
**
Asoka merasa dirinya tidak aman dalam rumah itu. Secara halus Darsih selama ini ternyata membubuhkan racun dalam makanannya. Jika di bandingkan dengan tindakan Beno hampir tidak ada bedanya tingkat kekejamannya. Hanya saja, Darsih melakukannya dengan rapi. Asoka ingin sekali pergi dari tempat itu. Tetapi, ia juga harus tahu alasan sebenarnya dirinya di buat lumpuh. Dan untuk mengetahui semuanya, dia harus tinggal di sana. Meskipun nyawa taruhannya.
Langkah pertama yang harus di lakukannya adalah ia harus meninggalkan jejak seolah makanan yang di berikan oleh Darsih selalu ia makan. Dan berpura-pura lumpuh seperti biasanya. Asoka sebenarnya tidak suka berakting seperti itu. Lebih baik ia menghadapi musuhnya dengan pedang daripada di suruh bersandiwara.
Asoka sudah memasukkan semua makanan yang di sajikan oleh Darsih di kantung. Lalu, ia membuangnya di tempat yang tidak terlihat oleh Darsih. Wanita itu tidak boleh mengetahui jika makanan yang dia berikan pada Darsih tidak pernah di makan.
Seperti biasa hari ini Darsih datang untuk membersihkan kotoran Asoka. Ia membawa baskom besar berisikan air hangat dan handuk kecil.
"Bangunlah, saatnya tubuhmu ku bersihkan," ucap Darsih.
Asoka pura-pura membuka mata, ia melihat Darsih dengan tatapan berbeda. Rasanya ia mulai benci sekali pada wanita itu.
"Kenapa kau menatapku begitu, apa kau membenci perlakuan mantan suamiku kemarin?" tanya Darsih.
"Tidak, aku hanya bosan dan membenci tubuhku yang tidak berguna ini," jawab Asoka.
"Oh, jangan khawatir. Bukankah ada aku yang akan selalu merawatmu," ucap Darsih. Ia mulai mengusap kaki Asoka.
"Tidak, usah. Biar aku yang melakukannya sendiri," tolak Asoka.
"Kau akan kesulitan, Abiseka," ucap Maghda memanggil nama pemilik tubuh yang asli.
"Aku tidak ingin merepotkan Bibi terus menerus. Setidaknya ada hal-hal yang dapat aku lakukan," kata Asoka. Bagaimana bisa ia membiarkan tangan wanita itu menyentuhnya. Apalagi setelah ia tahu maksud jahat Darsih.
"Baiklah, kalau begitu aku keluar dulu. Jika ada apa-apa, jangan ragu berteriak memanggil namaku seperti biasanya," kata Darsih. Asoka mengangguk pelan mendengar perkataan Darsih.
Wanita paruh baya itu keluar dari kamar Asoka. Ia menutup pintunya rapat. Asoka mulai duduk dan membersihkan dirinya. Sekarang ia tidak kesulitan lagi seperti kemarin. Dalam waktu cepat ia sudah membersihkan tubuhnya dengan handuk hangat.
Ada yang lebih penting dari membersihkan diri, langkah pertama adalah melatih kemampuan bertarungnya, meskipun ia harus memulainya dari awal. Karena Abiseka tidak memiliki dasar tubuh seorang petarung. Asoka melakukan gerakan dasar untuk membuka aliran darahnya. Rasanya tidak mudah, ia harus membuka titik tenaga dalamnya bahkan menyatukan alam pikirnya dengan jiwa Abiseka.
Jika di lihat dari nasibnya, hidup Abiseka sangat mengenaskan. Meskipun dirinya masih hidup tetapi di buat seperti mati. Sedangkan Asoka yang sudah mati, jiwanya masih hidup karena ia tidak terima dengan nasibnya.
Ia melakukan latihan, tapi tidak menimbulkan suara yang berarti. Selebihnya setelah melakukan latihan, ia harus mencari tahu pergerakan Darsih. Apa yang terjadi sebenarnya.
Darsih di luar sedang berbicara dengan seseorang. Ia menikmati minuman hangat dan camilan bersama orang itu.
"Aku sudah bosan merawatnya, sepertinya ia di beri seribu nyawa. Meskipun sudah aku racuni sampai lumpuh, tetap saja tidak mati," kata Darsih mendengus sebal.
"Pelan-pelan saja, dengan kelumpuhannya saja itu sudah sangat menyiksa. Jika dia cepat mati, tidak ada bagian tubuhnya yang tersisa untuk kita siksa," ucap lelaki di depan Darsih.
"Dia mengira aku malaikat penolongnya, hahaha!" tawa Darsih meledak.
"Padahal kau tak lain adalah malaikat pencabut nyawanya," lanjut lelaki itu.
"Benar, dia mengira hidupnya penuh kesialan. Dan aku sebenarnya merasa kasihan. Tapi, kalau membunuhnya sekarang, kita tidak akan mendapatkan uang dari Yang Mulia Raja dan Ratu," ungkap Darsih.
"Dia hanya anak haram, Raja tidak mau mengakuinya. Tapi, ia juga tidak ingin putranya mati. Sedangkan, Ratu merasa tahta kerajaan terancam. Apalagi sekarang dia sedang hamil," ungkap lelaki itu.
"Hemm, kisah yang pelik. Tapi, kita yang di untungkan, hahaha!"
Mereka tidak sadar jika pembicaraannya di dengar oleh Asoka. Ia merasa sedikit bingung dengan pernyataan mereka yang mengatakan dirinya anak haram dari seorang Raja. Anak yang tidak di inginkan, bahkan mungkin lebih baik mati daripada hidup. Asoka yakin jika yang di maksud Yang Mulia Ratu adalah ibu tirinya. Jika ibu kandung pasti tidak akan menyiksanya. Hah, rupanya nasib Abiseka sangat buruk. Tak ada waktu lagi, saatnya Asoka untuk keluar dari persembunyian dan menghajar mereka semua. Tapi, apa kekuatannya sudah melebihi cukup. Ia harus membangunkan kekuatan dirinya yang asli jika ingin melawan semua orang-orang itu.
Kini ia yakin, Dewa Neraka memberikan tubuh yang tepat untuk membalas dendam. Asoka kembali lagi ke kamarnya. Ia harus menunggu waktu yang tepat, sampai semua kekuatannya kembali pulih. Jika terburu-buru, maka tubuh lemah Abiseka hanya akan menyusahkannya saja.
Bukannya Asoka seorang pengecut, tentu saja ia marah mendengar dua orang itu sekongkol mau membunuhnya. Tapi, ia tidak bisa gegabah mengingat ia berada pada raga yang lemah.
Bersabar lebih baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Meskipun ia harus berpura-pura menjadi boneka lumpuh yang berada di kamar seperti seorang tahanan rumah.
Hari ini ia mendapatkan informasi yang cukup penting mengenai jati diri Abiseka. Ia akan membantu pemilik raga ini mendapatkan hak-haknya. Sudah cukup siksaan dan hinaan yang di dapatnya selama ini. Dengan bantuan kekuatannya di masa lalu, ia akan membantu Abiseka mengubah dunia.
Dunia yang selama ini membuangnya bahkan mengucilkannya. Tak ada yang lebih menyedihkan daripada ini. Langkah kaki Asoka terhenti ketika mendengar namanya di sebut-sebut, sepertinya ada seseorang yang mau menemuinya.
Ia harus segera bergegas masuk ke kamar tidurnya. Tak ada yang boleh tahu jika dirinya sudah sembuh dari kelumpuhannya. Buru-buru Asoka masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya kembali. Ia langsung naik ke atas tempat tidurnya. Matanya pura-pura terpejam.
Terdengar langkah kaki masuk ke dalam kamarnya. Sepertinya ada beberapa orang yang masuk, karena langkah kaki itu tidak hanya sedikit. Ada banyak langkah kaki yang tiba-tiba berhenti tepat di dekat pembaringannya.
"Yang Mulia Ratu menyuruh kami untuk membunuh pria ini," kata seorang laki-laki dengan suara berat.
"Tapi, bagaimana jika Raja tahu putra haramnya terbunuh. Ia pasti akan marah," ungkap Darsih.
"Katakan saja ada perampok yang masuk dalam rumah dan pria bodoh ini berusaha melawan perampok itu hingga akhirnya terbunuh," imbuh pria itu.
"Sempurna," ucap Darsih.
"Ayo tunggu apa lagi? Kita harus menyelesaikannya sekarang agar cepat mendapatkan bayaran dari Yang Mulia Ratu."
---Bersambung---