Hal itu membuat Lu Heting harus terdiam beberapa saat.
Adegan di mana dia mengucapkan kata-kata "Aku bersedia" dan "Suami" di siang hari masih ada di depan matanya dan terniang di telinganya, dengan bintang-bintang berkelap-kelip di matanya. Merasakan seolah-olah seperti seekor rusa yang melompat-lompat riang yang tersembunyi didalam hatinya.
Tapi sekarang, panggilan yang sopan ini membuatnya terdiam sejenak!
"Su Bei..."
"Aku mendengarkan, Tuan Lu, silahkan bicara saja."
Lu Heting memegang jari telepon untuk mengerahkan sedikit kekuatan, "Apa yang kukatakan tadi siang semuanya adalah kebenaran, dan itu semua yang ingin kamu ketahui."
"Aku mengerti, Tuan Lu."
"Tapi kamu tidak membawa barang-barangmu." Dia mengacu pada surat cerai yang telah Su Bei tandatangani dan dia belum menandatanganinya.
Su Bei berhenti, suaranya masih mempertahankan nada yang sama. "Itu bukan milikku, itu milikmu, Tuan Lu."