Pagi itu matahari bersinar sangat terang. Cahaya hangat yang perlahan menyelimuti Amelia, membuat wanita cantik itu terbangun bahkan tanpa dibangunkan oleh siapapun.
Hoam~
"Selamat pagi dunia," ujarnya, sambil melakukan peregangan pada tubuhnya itu sembari tersenyum indah.
Hari itu, adalah hari dimana dia akan melakukan shooting pertama yang akan menontonnya menjadi Supermodel terbaik seperti yang ia inginkan.
"Ah, aku harus cepat-cepat bergegas." Wanita cantik itu langsung melompat dari atas kasurnya dan memasuki kamar mandi.
Setelah ia selesai mandi dan berganti pakaian, dia pun langsung turun ke lantai bawah kemudian sarapan bersama Aiden.
"Selamat pagi," ujarnya, memberikan salam pada pria tampan yang saat itu sedang duduk sambil memangku kakinya dengan sarapan dan juga kopi paginya.
"Selamat pagi," ucapnya, membalas apa yang baru saja Amelia katakan akan tetapi tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang saat itu sedang ia baca.
Amelia perlahan mendekati pria tampan itu, kemudian duduk tepat di hadapannya sambil menikmati makanan yang telah disiapkan oleh bibi pembantu rumah tangga.
"Hmm? Nyam, nyam." Wanita itu langsung memakan roti dan juga jus yang telah disiapkan oleh bibi, sambil sesekali mengintip pada pria yang saat itu sama sekali tak memperdulikan dirinya.
"Hmm, sebenarnya apa yang sedang dibaca oleh pria itu? Hmm, aku rasa dia sedang baca ..."
Buk!
Seketika, Amelia yang terus mengintip dengan tubuhnya yang condong ke depan, malah ambruk dan mendorok kopi di depan Aiden hingga hampir tumpah. Dan pada saat yang sama, Aiden yang sedang terdiam sambil fokus dengan korannya, melemparkan tatapan mautnya pada Amelia.
"Kau! Apakah kau sama sekali tak bisa diam?"
"Ehehehe." Amelia menggaruk punggung lehernya yang sama sekali tak gatal karena canggung. "M-maafkan aku. Tapi, apa yang sedang kau baca? Selama ini aku tidak pernah melihatmu membaca sesuatu ketika pagi hari," lanjutnya pura-pura akrab.
Srak!
Aiden pun melipat dua bagian koran yang ada di tangannya itu kemudian menunjukkannya pada Amelia apa yang sedang ia baca.
"Kau, sama sekali tidak akan pernah tahu perkembangan dunia jika kau terus bersikap seperti itu. Lihat! Apakah kau tak pernah tertarik sedikitpun dengan perkembangan, pasar saham, dan lainnya?" Tanyanya dengan tampang seakan-akan merendahkan Amelia.
Ya, tentu saja Amelia sama sekali tidak peduli dengan semua hal itu, karena yang dia tahu hanyalah bagaimana caranya ia harus mendapatkan uang dengan menjadi model.
Hal seperti pasar saham, obligasi dan hal lainnya, sama sekali tak penting dan juga tak bermakna baginya.
Wanita cantik itu pun mendecak sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Ck! Sombong! Aku mana peduli dengan hal seperti itu. Dasar!" Seakan tak ingin direndahkan, Amelia pun terlihat ngambek, dan entah kenapa hal itu sangat lucu Dimata Aiden.
"Heh!" Aiden tersenyum tipis ketika melihatnya.
"Apa?!" Sahut Amelia malas yang membuat Aiden semakin merasa wanita itu memiliki sisi yang sangat kekanak-kanakan.
"Bagaimana hari ini? Apakah kau sudah mempersiapkan dirimu dengan baik? Ingat, mereka adalah salah satu brand terkenal dan juga sponsor yang sangat sulit untuk bekerjasama dengannya. Kau jangan sampai membuat kesalahan sedikitpun." Kata Aiden memperingati yang kemudian langsung dibalas oleh tatapan sempurna penuh percaya diri dari wanita itu.
"Kau sama sekali tak perlu mengingatkan padaku lagi tentang hal itu. Karena aku yakin aku pasti akan mendapatkan kesan terbaik di mata mereka dan juga mendapatkan posisi tertinggi. Aku tidak akan pernah membuat nama baikmu rusak, Tuan muda," balasnya, sambil menekankan kata Tuan muda pada Aiden.
Pria tamat itu kembali tersenyum tipis sambil mengalihkan pandangannya dari wajah Amelia ke arah koran. "Baiklah, kalau memang begitu yang kau katakan maka aku akan mempercayainya."
Setelah selesai sarapan pagi, Aiden pun langsung mengantarkan Amelia pergi ke tempat di mana ia akan mulai pemotretan pertamanya.
***
Tempat itu berada di sekitaran Jakarta pusat, dan mereka menyewa sebuah gedung yang sangat mahal di sana sebagai tempat utama dari tema pemotretan kali itu.
CIIIIT!
Suara rem dari mobil super mahal yang dinaiki oleh Amelia dan Aiden, sontak mengalihkan pandangan semua orang yang saat itu sedang menunggu kedatangan mereka.
Ya, tentu saja kebersamaan mereka berdua menjadi topik hangat dan juga perbincangan di seluruh kalangan.
Tidak hanya terkenal sebagai pria yang sangat dingin dan juga tak pernah menyapa wanita manapun, namun Aiden juga terkenal sebagai pria tampan dan juga kaya raya yang memiliki gudang prestasi dan juga harta melimpah.
Tak sedikit wanita yang mendambakan ingin bersama dengannya, begitulah yang membuat sederetan wanita tiba-tiba saja muncul di depan gedung itu untuk menanti kedatangan Aiden seorang.
Brak!
Suara bantingan pintu itu menandakan bahwa mereka telah turun dari atas mobil.
Amelia membuka kacamatanya sambil melirik deretan wanita yang saat itu terlihat ingin mengintip hanya pada Aiden.
"Oh astaga! Aku tidak pernah menyangka bahwa pria itu ternyata sepopuler ini. Ck, ck! Untung saja aku merupakan kekasih palsunya, kalau aku menjadi kekasih aslinya maka aku sama sekali tidak bisa bernapas lagi di dunia yang sempit yang penuh dengan fans wanitanya. Hiiiiy, menggelikan." Wanita itu geli sendiri sambil menatap deretan wanita yang saat itu terlihat seperti wanita gila yang berteriak ketika mereka baru saja melihat ujung rambut Aiden.
Pria tampan dan tinggi itu baru saja turun kemudian langsung merapikan jas yang sedang ia kenakan.
"Lihat ke depan!" Katanya, sambil menarik tubuh Amelia untuk mendekatinya sehingga mereka berdua benar-benar terlihat sebagai pasangan yang serasi.
"Hah!?" Amelia merasa gugup saat itu. Dia memang diharuskan berpura-pura sebagai pacar dari pria tampan yang dikejar-kejar oleh wanita seluruh dunia. "Okay! Aku harus bersikap profesional. Baiklah!"
Mereka berdua pun berjalan masuk bagaikan pasangan yang sangat serasi Dan juga mesra. Hal itu tentu saja membuat para fans dari Aiden merasa kebakaran jenggot ketika menatap kemesraan yang mereka berdua tampilkan di muka umum.
"Astaga! Kenapa Tuan Aiden bisa-bisanya bersama dengan wanita seperti itu? Aku rasa mereka berdua sama sekali tidak cocok."
"Huwaaa! Mungkin alangkah lebih baik jika Tuan Aiden bersama dengan wanita cantik seperti itu, daripada kau, kan?" Hujatannya sontak membuat wanita yang baru saja berucap menjadi panas. Dan jadilah mereka berdua berkelahi di sana.
"Astaga! Mereka benar-benar wanita yang sangat barbar! Huh?" Amelia terkejut, ketika tangan dari pria tampan itu semakin menggenggam erat bahunya.
"Fokus Amelia! Kau sama sekali tak boleh terlihat seperti orang yang memaksakan diri. Ingat, bersikap natural!"
Amelia pun mengangguk sembari terbakar oleh semangat. "Baiklah, natural!" Dan jadilah, wanita cantik itu mengangkat tangannya dan melingkarkannya di pinggang Aiden dengan mesra, yang membuat pria tampan itu sontak mengalihkan pandangannya pada wajah Amelia.
"Huh?"