"Apa yang kamu pikirkan tentangku?" Seolah ia tahu apa yang dipikirkan Selena, pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutnya.
Meneguk segelas air putih sebagai penutup sebelum ia bangkit dari duduknya.
Edison benar-benar menarik tangan Selena begitu ia menyelesaikan makanan nya. "Mau pergi kemana Edison?" Selena terus meronta karena sakit di pergelangan tangannya.
"Ikut saja denganku!" Jawab Edison
Ia memasuki sebuah ruangan dilantai dua. Pintu besar yang di dorong Edison dengan satu tangannya langsung terbuka dan menyeret Selena kedalamnya.
Ia kemudian mengunci ruangan itu. "Apa yang mau kamu lakukan?" tanya Selena , ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Sebuah kamar yang dua kali lebih besar daripada kamar yang ia tempati semalam.
Lengkap dengan sebuah jagucci di depan ranjangnya yang langsung menghadap ke televisi besar yang menempel di dinding.
Selena di banting Edison ke atas kasur itu. Edison membuka piyama yang digunakan nya dengan sekali tarikan. Hanya bagaian bawahnya saja yang tertutup boxer yang dikenakannya. "Aaa apa yang mau kamu lakukan?" teriak Selena .
"Hei, aku ingin mengajukan pertanyaan! Karena aku rasa mungkin tidak terlalu adil jika aku langsung memaksamu."
"Apa maksudmu?"
"Kamu ingin tahu informasi dimana Kakak mu berada?"
Selena terkejut dengan jawaban Edison . "Tentu saja, dimana Kakak ku?"
"Aku sudah bilang ada harga yang harus dibayar."
Selena terdiam ia bingung dengan pertanyaan Edison yang penuh teka teki.
"Jangan so polos. Puaskan aku hari ini, maka aku akan memberitahu dimana Devan."
Selena gemetar ketakutan. Ia berpikir sangat lama. Edison kehilangan nafsunya.
"Ah, kamu sangat jual mahal! Datang padaku jika kamu sudah memiliki keputusan."
Edison bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, kemudian ia membersihkan dirinya dengan sabun yang sangat banyak. "Baru kali ini ada gadis yang menolak ku mentah-mentah," ucap Edison di bawah siraman shower yang membasahi tubuhnya.
Selena memikirkan banyak hal. Ia ingin tahu dimana keberadaan Kakaknya, ia juga tidak ingin mengecewakan sang Ayah.
Edison keluar dari kamar mandi memakai handuk yang hanya menutupi bagian bawah tubuhnya, ia memikirkan di pinggangnya sehingga membuat perutnya yang berbentuk kotak-kotak terlihat sangat menawan.
"Edison ?" panggil Selena
"Hem!" jawabnya.
"Aku akan melakukannya denganmu!" gadis itu akhirnya mengatakan kata-kata yang ditunggu oleh Edison .
Edison menoleh, "Benarkah?"
Selena mengangguk. "Asal kau benar-benar memberitahu dimana Devan berada!"
Mendengar syarat dari Selena, Edison mengiyakan ia tidak peduli bagaimana nanti, yang penting hari ini nafsu nya tersalurkan.
Ia kemudian mendekati Selena yang tengah duduk di ranjangnya dan kemudian ikut duduk di depan gadis itu.
Edison mulai mengecup bibir Selena. Gadis itu memejamkan matanya. Kini ia mencengkram lengan Selena, melihat gadis itu tidak membalas membuat Edison geram.
Ia langsung merobek baju yang dikenakannya, membuat gadis itu menjerit karena kaget. Berbeda dari ruangan lain, kamar Edison memiliki kedap suara yang bagus sehingga tidak akan terdengar suara keluar.
"Kamu kasar sekali." ucap Selena.
"Apa kamu berharap aku akan baik-baik saja kepada perempuan murahan seperti mu?"
Ucapan Edison membuat terdiam, bagaimana bisa ia mengucapkan kata-kata itu padahal ciuman pertamanya saja didapatkan olehnya.
Selena berusaha menutupi tubuhnya yang kini hanya menggunakan bra dan Edison
tidak menduga gadis itu benar-benar memiliki tubuh yang indah, nafsu sebagai lelaki kini kembali mencuat. Ia tidak peduli walau Selena terus memalingkan wajahnya. Edison sekuat tenaga memaksa gadis itu.
Satu kali tarikan ia membuka handuk yang dikenakannya, ia bahkan tidak mengenakan dalaman sama sekali. Selena tidak melihat ke arah bawah, ia sibuk memejamkan matanya.
Lelaki itu menarik tubuh Selena sehingga ia kini berada di atasnya. Dengan serbuan ciumannya Edison kini begitu menikmati tubuh gadis itu. "Aku mohon pelan-pelan!" lirih Selena.
Edison sempat berhenti sebentar setelah mendengar ucapan Selena. Namun ia kembali melanjutkannya. "Apa yang pelan-pelan, kau bahkan menolak sampai akhir!" Batin Edison .
Tinggal satu langkah lagi, Edison kini mengincar sasaran utamanya, menyatukan diri dengan Selena .
Selena merasakan itulah waktunya ia akan kehilangan kegadisannya. Ia menarik kepala Edison dengan kedua tangannya sehingga wajahnya berada di depan wajah Edison . Edison yang sedang berusaha menyatukan dirinya itu menatap wajah gadis di depannya.
Selena tiba-tiba membuka matanya. "Pelan-pelan, ini benar-benar sakit!" ucapnya, air mata keluar dari ujung mata gadis itu.
Edison berpikir keras mengapa gadis itu sampai menangis. Ia merasakan sedikit kesulitan menembus pertahanan Selena, semakin ia berusaha Selena semakin menggigit bibir bawahnya. Kini pegangan tangan Selena turun ke pundak Edison , kemudian ia memeluk lelaki itu tanpa sadar dengan keras dan mencengkram kan kukunya sampai membuat punggung Edison mengelupas kulitnya.
"Aahhhhhhhh!" lenguhan kesakitan terdengar dari keduanya, Edison mengangkat wajahnya menatap Selena yang kini memejamkan matanya.
"Kamu perawan?"
"Aku menyesal mengapa lelaki itu harus kamu." jawab Selena, ia benar-benar ingin mencabik lelaki yang kini sedang menatapnya bagai tak percaya bahwa ia benar-benar seorang gadis.
Ada rasa yang mengganjal di hati Edison, baru kali ini ia menikmati perempuan perawan dan ini benar-benar membuatnya merasakan sesuatu yang sangat luar biasa. Edison tidak berbicara lagi, ia melanjutkan menggerakkan tubuhnya, Selena mencengkram tubuh Edison lagi, sementara lelaki itu kini sudah menyentuh semua area tubuh Selena.
Mereka bertempur cukup lama. Sampai akhirnya Edison mencapai kepuasan, tanpa pengaman tanpa apapun. Ia padahal paling anti jika tidak mengenakan pengaman, apalagi menumpahkan nya di rahim. Tapi kali ini ia melakukannya, Selena benar-benar memenuhi standar seks nya.
Edison menengadahkan wajahnya menatap langit-langit, sedangkan Selena ia berbalik menarik selimut membelakangi Edison , dan menangis.
Edison berpikir kembali, jika jujur tentang Devan kemungkinan Selena tidak akan terima, ia menginginkan gadis itu memenuhi nafsu nya setiap ia mau! Lagi pula dia yang mendapatkan pertama kegadisannya.
Selena menangis sampai tertidur begitupun Edison gang kelelahan.
Jhon terus memikirkan tentang keadaan Selena yang mungkin sedang di siksa oleh Edison Dia berpikir jutaan hal buruk yang akan dilakukan Tuan nya itu pada Selena.
"Bu, apakah Selena baik-baik saja?" tanya Jhon pada nyonya Nana yaitu ibunya.
"Seperti biasa Tuan muda membawanya ke atas, namun kali ini dia membawanya ke kamar pribadinya."
"Apa? kamar kedap suaranya itu?" Jhon tampak kaget karena Edison tidak pernah mengizinkan siapapun memasuki kamarnya.
"Kenapa kamu sangat khawatir, biasanya kamu tidak pernah ikut campur akan siapapun wanita yang bersama Tuan muda!"
"Tapi gadis itu berbeda Bu!" Jawab Jhon
"Mengapa? apa kau mengenalnya?"
"Tentu saja, dia adik Devan! Devan markez SBu."
Mendengar itu Nyonya Nana sampai melonjak kaget. "Selena adalah adik Devan" tanya nya memastikan ucapan putranya itu.
Jhon mengangguk. Nyonya Nana benar-benar tidak menyangka. Ia kembali berpikir apa yang akan dilakukan Tuan mudanya itu. Di rumah ini semua orang bahkan tahu tentang Devan , bahkan mereka tau bahwa Edison membunuh lelaki itu karena telah mengencani gadisnya. Namun semuanya ketakutan jika membahas hal itu, bisa saja nyawa mereka yang hilang jika saja Edison mendengar ada yang membicarakannya.
Selena terbangun dari tidurnya, ia meregangkan tubuhnya dan melirik ke arah samping. Edison tengah duduk bersandar di ranjang itu, dan memainkan ponselnya. "Apa yang kamu lakukan, apa kamu memotret ku?" tanya Selena panik.
"Untuk apa, tidak berguna!" jawab,Edison dengan wajah datar dan hanya menutupi tubuh bagian bawahnya saja dengan selimut.
Selena menyadari tubuhnya yang juga masih tak mengenakan apapun. "Jadi dimana Kakak ku?" ucap Selena langsung.
Edison berhenti memainkan tangannya di atas layar ponsel itu, kemudian menatap Selena lekat-lekat.
Seolah kenikmatan yang baru di dapatkan nya itu kini langsung di suguhkan pertanyaan yang tak mungkin bisa ia jawab. Namun ia sudah berjanji akan memberikan informasi kepada gadis itu tentang keberadaan Kakaknya.
Apa yang harus ia katakan sekarang? Pertanyaan TI ia suguhkan untuk dirinya sendiri.