Chereads / DEFINISION LOVE / Chapter 2 - Chapter 2 DL

Chapter 2 - Chapter 2 DL

Awalnya wajah yang lugu itu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mencerna ucapan lelaki di depannya, setelah ia sadar wajahnya langsung berubah masam.

"Bagaimana, hanya satu malam apa kamu mau?" tanya Edison lagi berharap gadis didepannya mengiyakan, mengingat ia selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan.

Tak tahan sekaligus kaget dengan ucapan Edison membuat gadis itu melayangkan tangan nya.

Sebuah tamparan mendarat di pipi Edison. Membuat matanya memerah karena rasa kebas yang di rasakan nya. Tangannya langsung mencengkram tangan lancang Selena "Apa yang kau lakukan gadis lancang," Edison mendorong nya sampai ke dinding.

"Kamu pikir aku wanita apa, walau anda kaya raya tidak pantas berbicara seperti itu kepada anak gadis orang lain."

Jawaban Selena sontak membuat lelaki itu semakin ingin menggoda gadis lugu di depannya. "Hei, aku bisa melakukan apa saja, ini rumahku wilayah ke kekuasaan ku dimana aku bisa membuat dan melakukan apapun."

Selena tampak ketakutan ia meronta sedemikian keras, namun Edison menahannya kuat-kuat.

Edison yang tadinya tidak tertarik sama sekali pada Selena hanya berniat bermain-main saja. Namun rasa penasaran nya meningkat Ia mulai mengecup bibir gadis yang berada di cengkraman nya. Bibirnya mengecup dengan kasar Selena, tapi tidak ada pembalasan dari gadis itu selain meronta.

Selena mengigit bibir Edison sebagai pembalasan, sampai laki-laki itu berdarah dan menarik diri. "AW, apa yang kamu lakukan wanita lancang!" Teriaknya ia melepaskan pegangan nya pada Selena.

Tanpa pikir panjang gadis itu berlari keluar dari rumah itu sembari berteriak. "Tolong-tolong!" Teriak Selena di banjiri air mata , baru saja ia melangkahkan kakinya menapaki anak tangga! Edison kembali mendapatkan gadis itu dan menggendongnya lagi naik ke atas. Kini mereka memasuki ruangan lain yang bukan ruangan kerja Edison tadi.

Sebuah kamar mewah bergaya Eropa, dengan gorden tinggi menjulang memenuhi satu dinding! Kasur berukuran super besar dengan penyangga berwarna emas. Edison membanting gadis itu keatas ranjang super mewah itu.

Selena sempat berteriak sedari Edison menggendongnya! Itu terdengar keluar oleh Jhon supirnya. Juga terdengar oleh semua asisten rumah tangga, namun tidak ada satupun yang berani menolong Selena.

"Apa yang kamu inginkan?" Teriak gadis itu, baju yang dikenakannya sudah tampak berantakan karena terus meronta.

Rambut Selena yang di ikat sedikit kini sudah tampak seperti tak berbentuk karena meronta terus menerus.

"Seseorang harus melihat harta berharganya ku rusak, agar aku puas membalas dendam." Ucap Edison, ia memajukan wajahnya sampai membuat lelaki itu terdorong.

"Kamu tidak akan bisa keluar dari rumah ini sampai aku puas. Ingat kmu milikku."

Tamparan kembali melesat di pipi Edison. "Tidak ada yang bisa memiliki ku selain keluargaku. Lelaki biadab."

Edison memegang pipinya yang sudah dua kali di tampar gadis itu. "Tenang saja gadis. Bersikaplah sesuai yang aku inginkan. Maka kamu cukup bersamaku dan aku tidak akan melukaimu."

Edison kemudian meninggalkan Selena di dalam kamar itu. Ia berjalan ke lantai satu rumah mewahnya itu. "Mba- mba!" teriak Edison memanggil seluruh asisten rumah tangganya.

Ketika sang Tuan Muda berteriak hampir seluruh karyawan lebih dari dua lusin itu langsung berjajar, asisten rumah tangga dengan masing-masing tugasnya segera berkumpul. "Apakah anda memanggil kami Tuan?" ucap salah satu Asisten rumah tangga, dia adalah ketua di sana yang akan mengatur dan memantau semua pekerjaan mereka.

"Nyonya Emily, tolong katakan kepada semua pegawai dan penjaga di depan! Untuk tidak membiarkan wanita yang tadi masuk di lantai dua tidak boleh sampai keluar dari rumah ini, bagi siapapun yang membantunya lolos maka aku akan memberikan pelajaran untuknya, mengerti?" ucap Edison.

"Siap Tuan Muda!" Jawab mereka serentak.

Lelaki itu tampak sinis berlalu sembari tersenyum puas. Ia menemui Jhon yang berdiri di ambang pintu. "Jhon, mau makan bersama?" tanya Edison mengajak lelaki itu makan.

Jhon adalah putra dari nyonya Nana yang mengatur semuanya di rumah ini, satu-satunya orang yang dipercaya oleh Edison karena sudah mengurusnya sedari kecil ketika ia kehilangan ibunya.

Karena dari itu dia juga menyukai Jhon yang ia anggap sebagai Adik, dan menjadikannya orang penting di balik nama seorang supir. Jhon orang yang mengurus hal-hal kecil yang bisa saja merugikan Edison dan membereskan nya.

"Tidak Tuan,saya akan makan nanti." Jhon tampak menolak.

"Baiklah, terimakasih sudah membawa gadis itu kemari. Aku akan bersenang-senang. Dia sama lancangnya dengan si Devan sialan itu."

"Apa maksud Tuan muda?"

"Aku akan bermain sepuasnya dengan dia!" Jawabnya sembari menyeringai.

"Tapi Tuan, mohon maaf! Saya akan mencarikan wanita lain jika Tuan ingin. Saya akan mengembalikan gadis itu ke rumahnya."

Edison menoleh. "Jhon, apa kamu masih memikirkan Devan? Kakak gadis itu mengkhianati ku Jhon. Dia mengambil gadisku untuk bersenang-senang, mengapa aku tidak boleh bersenang-senang juga bersama adiknya?" tatapan Edison tampak menyeramkan.

"Maaf Tuan, bukankah membuat Devan seperti itu cukup untuk membalas dendam!"

Edison menarik nafasnya. Bayangannya kembali ketika ia menarik pelatuk pistol yang langsung melesatkan peluru menembus jantung Kakak Selena yaitu Devan lelaki yang di cari nya nya sekarang.

Devan tumbang dengan darah keluar dari mulutnya juga bagian dadanya yang jelas terluka parah. Semenjak kejadian itu Edison berubah menjadi sangat kejam. Alasan ia membunuh Devan adalah, ketika Sila perempuan yang dicintainya bahkan tidak ia sentuh sedikitpun, berselingkuh dengan Devan yang tidak lain adalah pegawai yang ia perlakukan sama seperti Jhon.

Edison sudah tidak mempercayai wanita, dan dari saat itulah ia gemar bergonta ganti pasangan hanya sekedar untuk memuaskan nafsunya. Namun anehnya ia suka kekerasan, hal itu membuatnya lebih rileks.

"Jhon, aku akan merebut sesuatu yang berharga dari Devan! Kamu ingat, dia sangat menyayangi adiknya. Hari ini aku akan merebut apapun yang berharga bagi lelaki lancang itu." ucap Edison meninggalkan Jhon yang mematung.

Setelah kepergian Edison, Jhon hampir kehilangan keseimbangan nya, dadanya sesak karena teringat bayangan Devan. Mereka berteman sangat akrab karena berasal dari kampung halaman yang sama. Sampai akhirnya ia harus melihat sahabatnya itu menghembuskan nafas terakhirnya di tangan Tuan mereka.

Satu hari berlalu. Karina tidak diberikan makanan apapun. Sampai akhirnya Edison membuka pintu kamar mewahnya itu. "Selamat pagi gadis! " Ucapnya sembari senyum menyeringai.

"Keluarkan aku dari sini," lirih Selena. Gadis itu terkulai lemas di samping ranjang, terduduk lesu tak bertenaga sepertinya ia menangis semalaman.

"Apakah kamu lapar?" tanya Edison.

"Biarkan aku pulang, atau bunuh saja aku." jawab Selena dengan tatapan tajam ke arah Edison.

"Tidak semudah itu manis! Aku baru saja akan memulai permainan."

"Apakah ku melakukan ini juga kepada Kakak ku?"

Mendengar itu, membuat Edison murka. "Ini masih pagi, jangan membuatku marah dan berakhir menyiksamu." Edison menunjuk wajah Selena, yang membuat gadis itu bergetar hebat.

"Nyonya Nana !" Satu teriakan Edison membuat asisten kepercayaan nya itu berlari menghampirinya.

"Ya Tuan muda, ada yang bisa saya bantu?" jawab Nana segera.

"Bersihkan tubuh gadis ini dan bawa keruang makan sekarang juga."

"Baik Tuan."

Edison keluar dari kamar mewah itu dan turun ke lantai satu. Ia masih menggunakan piyama tidurnya yang terbuat dari sutra halus dengan ikatan tali di pinggangnya. Membuat bagian atas dadanya terlihat.

Ia kemudian duduk di kursi meja makan, sarapan yang diperuntukan Edison tersedia memenuhi meja makan berukuran 1 x 2 meter itu. Jus, roti, selai, telur rebus dan juga buah-buahan yang terlihat segar benar-benar tersedia di sana.

Nyonya Nana membantu Selena mandi dan memberikannya baju baru yang terdapat di rumah itu. Edison memang sengaja menaruh banyak baju perempuan di sana agar ia bisa bermain dengan para wanita penghibur sesukanya. Fantasi nya memang begitu gila.

Baju merah dengan ukuran ketat membungkus tubuh gadis itu.

Mereka turun dari lantai dua dan segera menghampiri Edison di ruang makan.

"Tuan, saya sudah menyelesaikan tugasnya." ucap Nana di belakang nya.

"Bagus." Edison kemudian menoleh ke arah Selena.

Gadis yang lusuh dilihatnya tadi pagi, kini terlihat bak putri raja yang tercium wewangian dari tubuh indahnya. Baju yang dikenakan Selena membuat gadis itu memperlihatkan lekukan indahnya. "Ah, ternyata tidak buruk. Kamu cukup cantik juga," goda Edison.

Selena yang mendapat celotehan itu memalingkan wajahnya. Melihat para asisten rumah tangga itu berdiri di samping Edison membuat Selena tidak bisa berpikir untuk kabur.

"Cepat duduk, makan sarapan mu. Aku ingin melakukan sesuatu denganmu setelah ini!"

Ucapan Edison membuat Selena menelan saliva nya. Apa lagi yang akan ia lakukan setelah mengambil ciuman pertamanya dengan cara yang menjijikan itu.

Perasaan nya sudah tak karuan, melihat betapa lengkapnya pakaian wanita di ruangan tadi membuat Selena sangat takut. Tatapan Edison terus terarah pada tubuhnya.

Dan beberapa kali ia menangkap Edison sering memperhatikan lehernya. "Apakah dia sebenarnya Vampir," batin Selena.

Pikiran gadis itu benar-benar sangat random ketika kembali mengingat kekayaan yang tidak biasa di miliki manusia di sekitarnya. Edison memang terlampau kaya raya.