Chapter 87 - takdir

"treng.." pedang Silvanus terus membentur sihir api Nekara yang berkecepatan tinggi.

"Ha..ha..ha.." Silvanus mulai terengah-engah kewalahan.

"Lebih baik kau menyerah! Aku tahu kau tidak ingin bertarung dengan ku kan? Kamu tidak mengeluarkan semua kemampuan ku karena ingin menghemat tenaga mu. Kau tidak bisa menyembunyikan apapun dari ku karena aku mempunyai kekuatan sihir pembaca pikiran. Sihir yang tidak dimiliki oleh siapapun!" Ujar Nekara yang melihat Silvanus kewalahan.

"Hahaha...kau sudah menyadarinya? Kau benar, aku belum melakukan apapun terhadap mu! Jawab Silvanus sambil tertawa. Silvanus kemudian mengubah pedangnya menjadi tombak. "Lihat ini!" Kemudian Silvanus melemparkan tombaknya ke hadapan Nekara dengan kecepatan tinggi. "Boom" tombak itu berubah menjadi kabut es sehingga pandangan Nekara tertutup oleh kabut tersebut.

"Sial! Dia melarikan diri" ujar Nekara yang baru saja menyadari bahwa Silvanus sudah tidak berada di dekatnya.

*********

"Ini semua salahmu!" Ujar Shivi yang menyalahkan Arth karena bajunya basah kuyup.

"Iya..iya..itu semua salah ku! Aku minta maaf" jawab Arth yang menyesal sambil membuat api yang berkobar di tengah-tengah dasar goa. "Hangatkan tubuh mu Shivi!"

"Arth! Buka topeng mu! Aku ingin melihat wajah manusia karena aku sudah lama tidak melihat manusia!" Ujar Medusa sambil tersenyum. Arth kemudian membuka topengnya dengan sangat perlahan. Seketika, Medusa langsung tersenyum lebar saat melihat wajah Arth. "Kau tahu? Saat melihat mu, aku teringat dengan sosok anak ku yang masih kecil sebelum aku diangkat menjadi ratu!" Ujar Medusa sambil mengingat masa lalunya.

"Apa yang terjadi padanya?" Jawab Arth dengan penasaran.

"Namanya adalah Dara, anak ku yang tangguh. Aku melihat anak ku yang terakhir kalinya ketika ia sedang bertugas untuk mengamankan kerajaan menuju hutan terlarang. Ia meninggal ku sebagai ibunya dan tidak pernah kembali! Kata orang-orang dia telah dibunuh oleh iblis. Namun ada yang mengatakan bahwa dia dibunuh oleh seorang dewa. Aku tidak tahu siapa yang benar tentang itu! Aku bangga mempunyai anak yang rela mengorbankan nyawanya demi kehidupan di kerajaan" jawab Medusa sambil tersenyum dan meneteskan air matanya.

Mendengar itu, Arth menyesal karena telah bertanya seperti itu. "Aku minta maaf karena telah bertanya seperti itu" ujar Arth sambil menyesal dan menundukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa! Lagian aku mengingat itu karena aku masih mempunyai masa lalu yang tidak akan pernah aku lupakan. Dengan kata lain aku masih bisa hidup dan harus mempertahankan sejarah anak ku! Jika aku mati, maka sejarah anak ku juga akan mati karena tidak ada yang mengenang jasa anak ku di dunia ini!" Jawab Medusa. "Aku juga minta maaf karena telah membawa kalian ke tempat ini! Aku akan menghantarkan kalian untuk keluar dari goa ini! Sekali lagi aku ingin minta maaf" Medusa mengatakan itu dengan raut wajah yang menyesal.

"Tidak-tidak...kau tidak bersalah! Aku tahu kau melakukan itu tanpa disadari oleh dirimu sendiri karena terlalu memikirkan masa lalu mu yang pedih sehingga kamu dikendalikan oleh rasa kebencian" ujar Arth sambil memakai topengnya kembali. "Kalau begitu, mohon bantuannya untuk menunjukan jalan keluar dari sini karena kami harus cepat pergi dari sini"

"Terimakasih!" Medusa merasa senang dengan tingkah laku Arth. "Terimakasih karena telah membantu dan mengingatkan aku bahwa aku ini siapa! Aku bukan iblis, akan tetapi aku manusia yang masih mempunyai harapan untuk dikejar"

"Ya...setiap kehidupan pasti memiliki harapan untuk dikejar"

"Kalau begitu, aku akan melakukan pergeseran goa di tempat ini" ujar Medusa sambil mengeluarkan sihir iblis miliknya. Tiba-tiba tempat itu bergeser. Semua batu-batu yang ada di sana berpindah seakan-akan sudah di atur oleh Medusa.

Tiba-tiba tanah yang mereka injak bergerak dan melayang ke atas dengan cepat. "Wow...ini keren, kau bisa mengatur pergerakan tanah!" Ujar Arth terkagum-kagum dengan kekuatan sihir Medusa.

"Brugh" mereka tiba di depan Goa dengan tiba-tiba. Semua perajut terkejut karena tiba-tiba mereka berpindah tempat. "Kenapa kita disini? Bukankah kita berada di bawah dasar Goa?"

"Terimakasih Medusa karena telah mengeluarkan kami dari dalam Goa ini!"

"Tidak...aku yang seharusnya berterimakasih. Anggap saja apa yang telah ku lakukan sebagai permohonan maaf dari ku" jawab Medusa.

"Ada apa?" Ujar Arth yang melihat Medusa seperti memikirkan sesuatu.

"Aku mempunyai permohonan pada mu! Apakah boleh?" Ujar Medusa dengan malu-malu.

"Apa itu?"

"Aku ingin mengikuti kalian kemanapun kalian pergi! Aku tidak mempunyai tempat tinggal dan seseorang yang bisa menemani ku! Bisa bersama mu, rasanya hatiku menjadi mekar seperti bunga karena melihat wajah mu, aku ingat dengan anak ku!" Jawab Medusa dengan penuh permohonan.

"Aku sangat menerima itu...tentu...kau boleh ikut dengan kami!" Jawab Arth dengan senang.

"Ngomong-ngomong kemana kalian akan pergi" tanya Medusa pada Arth dengan penuh penasaran.

"Kerajaan DARK Flame"

"Apa?" Medusa terkejut ketika mendengar tujuan Arth. Kerena kerajaan itu cukup dikenal dengan kerajaan paling sadis dan orang-orangnya yang memiliki kekuatan tinggi saja. Tidak ada rakyat biasa yang ada di kerajaan DARK Flame.

***********

Sementara itu, Silvanus berlari mencoba untuk menjauhi Nekara dengan kecepatan tinggi dan menyusul Hiuga dan yang lainnya. "Aku harus cepat-cepat menyusul mereka sebelum Nekara berhasil menyusul mereka duluan" Silvanus kemudian meningkatkan kecepatan larinya walau dirinya kelelahan.

************

"Di mana ini?" Ujar Erina yang baru sadar, ia melihat Ginny yang berada di depannya dan sedang menyembuhkan luka yang ada pada lehernya.

"Jangan terlalu banyak bergerak Erina! Kamu belum pulih sepenuhnya" jawab Ginny dengan khawatir.

Erina kemudian memaksakan diri untuk berdiri dan ia melihat bahwa dirinya ada di atas ular kayu yang bergerak dengan cepat.

"Syukurlah kau sudah sadar! Aku minta maaf. Aku rasa Nekara menginginkan aku. Tapi kalian juga terkena dampak serangan Nekara" ujar Siestina yang menyesal sambil terus mengendalikan ularnya.

Erina kemudian tersenyum mendengar itu, dan menunjuk ke arah belakang. "Ada seseorang yang berlari untuk menghampiri kita" Ginny dan Siestina langsung melihat ke arah yang ditunjuk oleh Erina.

"Hey!! Tunggu aku!!!" Teriakan Hiuga sambil terus berlari mengejar ular tersebut.

Tiba-tiba ular kayu tersebut berhenti di berhentikan oleh sihir Siestina. "Ha...ha... akhirnya aku bisa menyusul kalian" ujar Hiuga yang kewalahan kerena dari dari terus berlari.

"Dimana Silvanus? Apakah kau meninggalkannya?" Ujar Siestina sambil melihat ke sana-sini.

"Silvanus menyuruhku untuk pergi meninggalkannya dan menyusul kalian" jawab Hiuga dengan penuh penyesalan. "Kata Silvanus, kita harus terus menjauh dan bersembunyi di tempat yang aman! Nekara bukan lawan yang setara dengan kita, bahkan Silvanus sekali pun. Satu-satunya yang bisa melawan Nekara adalah Arth! Kita cuman bisa menunggu Arth"

"Lagi-lagi kami membutuhkan mu Arth. Aku ingin kamu kembali dan ada di sisi kami untuk membimbing dan melindungi kami!" Ujar Erina yang pasrah dengan takdirnya.