Chapter 79 - dewa Nekara

"di sebelah sini!" Shivi terus memandu Arth untuk menuju ke tendanya.

"Apakah masih jauh?" Ujar Arth yang dari tadi merasa terus berjalan berputar-putar.

"Itu! Tenda mu ada di depan!" Jawab Shivi sambil menunjuk ke arah yang ia maksud.

"Besar sekali" Arth terkagum-kagum ketika melihat tendanya yang besar. "Kenapa tenda ku besar? Sangat berbeda dengan ukuran tenda yang lainya.

"Kerena yang akan menghuninya ada, tiga orang, aku, kamu dan Mine. Menurut ku ukurannya sudah pas untuk kita bertiga" jawab Shivi sambil memegang dagunya.

"Aku ingin sendiri!...maksud ku, aku ingin menghuni tenda sendirian. Jika perlu aku akan menghuni tenda kecil seperti yang lainnya" ujar Arth dengan wajah yang mulai berkeringat.

"Kenapa?... apakah kamu kurang nyaman dengan tenda yang besar?" Ujar Shivi yang agak kecewa dengan apa yang dikatakan oleh Arth.

"Bukan begitu. Aku cuman masih trauma dengan apa yang telah kamu lakukan sebelumnya di dalam tenda" jawab Arth dengan wajah yang bercucuran keringat.

"Lah...iya aku minta maaf...kamu juga tau bahwa aku tidak sengaja...lagian itu cuman sebentar" kata Shivi yang terus membujuk Arth.

"Iya...aku tau kamu sengaja melakukan itu. Lagian, aku merasakan jika kamu akan melakukannya itu lagi untuk mengembalikan kekuatan dan sihir ku. Bukankah begitu?"

"Hehe...kenapa kamu tahu?" Ujar Shivi sambil terkekeh-kekeh.

*********

Orba telah kembali ke tempat ia duduk untuk memerintahkan para dewa. "Aku heran, kenapa pasukan ku meninggalkan ku begitu saja. Apakah mereka mundur atau di kalahkan?"

Orba kemudian memerintahkan prajuritnya untuk memanggil Raka. Dan tak lama setelah itu, Raka datang ke hadapan Orba dengan raut wajah menyesal.

"Raka! Apa yang terjadi ketika aku sedang bertarung dengan Arthous? Dan kenapa kalian kembali dan meninggalkan ku sendirian?" Ujar Orba dengan nada yang sangat tinggi.

Mendengar itu, Raka merasa tersinggung dengan apa yang telah dikatakan oleh Orba. Akan tetapi, Raka tidak bisa berbohong pada Orba, kemudian Raka berkata. "Kami memundurkan diri tuan ku" kata Raka dengan nada rendah sambil menundukkan kepalanya.

"Apa?...tapi kenapa kamu melakukan itu Raka?" Teriakan Orba sambil marah-marah.

"Kami menyadari sesuatu setelah Arth berkata pada kami. Kami melakukan sesuatu yang malah merusak perdamaian dunia. Padahal misi kami hanya untuk mencari perdamaian dunia, tapi setelah ku pikir-pikir, Arth berkata benar bahwa apa yang kami lakukan malah membuat bangsa lain kewalahan. Bukan hanya itu, kami melakukan apapun untuk tuan bahkan harus mengorbankan nyawa kami jika perlu. Akan tetapi tuan tidak pernah melakukan apapun demi kami" ujar Raka sambil terus menundukkan kepalanya.

"Kau tahu? Itu sudah menjadi tugasmu dan kamu tidak perlu tau apa rencana ku sebenarnya. Rencana ku cuman privasi dan tidak boleh dikasih tau pada orang lain termasuk kau. Kau tau ada beberapa kasus tentang pembocoran rencana bukan?" Jawab Orba sambil mencoba untuk menenangkan dirinya.

"Ya...aku tahu itu sudah menjadi tugas ku. Akan tetapi aku tidak tahu dampak dari rencana mu. Jika itu memang privasi, setidaknya kamu memberi tahu aku apa yang akan terjadi jika rencana mu berhasil" ujar Raka sambil melihat Orba dengan raut wajah penasaran.

"Kau tidak perlu tahu itu. Lagian aku sudah tidak memerlukan mu lagi. Aku sudah memutuskan bahwa kau akan di penjara bersama semua pasukan yang kau bawa kemarin. Itu akan menjadi pelajaran bagi kalian karena telah mencoba untuk tidak mematuhi perintah dari ku" jawab Orba.

"Tapi kenapa? Padahal aku setia pada mu?" Ujar Raka yang tak percaya apa yang telah dikatakan oleh Orba. "Jika aku dipenjara, siapa yang akan menggantikan ku?"

"Haha...aku sudah memiliki orang yang akan menggantikan kedudukan mu!" Jawab Orba sambil tersenyum lebar. "Masuklah"

Tiba-tiba pintu ruangan dibuka oleh seseorang yang berpakaian jubah hitam. "Dialah yang akan menggantikan mu" ujar Orba pada Raka.

"Aku akan melakukan apapun yang akan diperintahkan oleh mu Orba. Tapi asal kau tahu, kau tidak boleh melupakan kontrak kita" ujar seseorang tersebut sambil memberikan hormat kepada Orba.

"Ya...aku tidak akan lupa dengan apa yang kita janjikan" jawab Orba.

Raka kemudian penasaran dengan wajah seseorang tersebut. Pada akhirnya, seseorang itu membuka penutup kepalanya. "Apa?" Raka tidak percaya apa yang telah dia lihat. Ia melihat seorang dewa legendaris yang sudah hidup selama berjuta-juta tahun. walaupun wajahnya masih muda, namun umurnya sudah tua. "Kontrak apa yang dilakukan oleh Orba sehingga Nekara ingin bekerja sama dengan Orba? Padahal dewa Nekara adalah teman baiknya dewa Arthous!" Ujar Raka yang keheranan. Raka kemudian keluar dari ruangan itu karena merinding melihat Nekara.

"Tunggu Raka! Apa kau lupa? Kau seharusnya sekarang dipenjara. Tangkap dia" ujar Raka sambil memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Raka dan memasukkannya kedalam penjara.

Raka kemudian diborgol oleh prajurit Orba dan di bawa ke gedung penjara, tempat dimana para tahanan berada. "Aku menyesal telah membuat kontrak dengan Orba. Aku jadi mengerti perasaan Hiuga" ujar Raka yang menyesal dengan apa yang telah ia lakukan.

Tiba-tiba ada seorang prajurit yang masuk kedalam ruangan Orba. "Tuan! Bolehkah aku masuk ke dalam? Ada hal yang ingin ku sampaikan" ujar prajurit itu dengan raut wajah yang ketakutan.

"Masuklah! Apa yang ingin kau sampaikan?"

"Sebenarnya Dewi Siestina dan yang lainnya berhasil melarikan diri dari penjara dan waktu itu tepat ketika anda tidak berada di sini!" Jawab prajurit itu yang terus ketakutan.

"Apa?" Teriakan Orba dengan keras. "Kenapa bisa terjadi? Siapa yang telah membantu mereka?"

"Dari hasil voting, ternyata dewa yang membebaskan mereka adalah Hiuga. Hiuga membunuh para penjaga penjara dan membebaskan para tahanan" jawab prajurit itu.

"Gawat! Lagi-lagi masalah datang. Kemarin ada surat pembubaran kontrak dengan manusia, ditambah dengan kehadiran dewa Arthous, dan sekarang Dewi Siestina yang berhasil kabur. Sekarang sudah jelas bahwa orang-orang yang ada dalam ramalan sedang bekerja sama. Nekara! Apa kau tahu apa yang harus kamu lakukan?"

Mendengar perkataan dan amarah Orba, Nekara tersenyum melihat tingkah laku Orba yang disebut pemimpin para dewa. "Huh...aku tidak perlu mendengarkan apa yang kau perintahkan. Aku sudah tahu apa yang harus ku lakukan. Menangkap Dewi Siestina atau membunuhnya. Setelah itu, aku akan menyusul Arthous dan membunuhnya. Bukan begitu? Biarkan aku berkomentar pada mu! Kau tidak pantas menjadi seorang pemimpin" jawab Nekara sambil tersenyum lebar dan melecehkan Orba. Setelah itu Nekara langsung keluar dari ruangan Orba.

Orba cuman termenung karena memang Orba tidak berani berhadapan dengan Nekara. "Jika saja aku lebih kuat dari kau. Akan ku bunuh kau Nekara karena telah berkata seperti itu"