Rifky mendengar teriakan Yesi, bangkit dari tempat tidur, berjalan ke pintu kamar Yesi dan mengetuk pintu dengan ringan. Di dalam, dia mendengar suara Yesi yang menawan dan mengharukan "Pintunya tidak terkunci, masuklah."
Tangan Rifky mendorong pintu dengan gemetar, jantungnya berdegup kencang. Pintu dibuka dengan lembut, dan Rifky kebetulan melihat Yesi keluar dari kamar mandi terbungkus handuk mandi.
Rambut hitam basah tersebar di belakang bahunya, dan wajahnya yang dewasa dan cantik memerah dengan menggoda. Karena sosoknya yang tinggi, handuk mandi putih hanya menutupi paha, dan pahanya benar-benar terlihat oleh Rifky.
Di atas handuk mandi, belahan putih lembut yang terbungkus rapat memancarkan bau ambigu dan menarik, seolah bisa menetes dari air.