Waktu berlalu setiap menit.
Jali secara bertahap mengeluarkan butiran keringat halus di dahinya, dan secara bertahap mengalir dari dahinya ke ujung hidungnya. Dia menyeka butiran keringat dengan tangan gemuknya dan menyekanya dengan tenang di celananya, melihat Rifky masih menundukkan kepalanya. Pena itu terus bergesekan dengan dokumen, dan hatinya mulai merasa sedikit tidak nyaman. Ini benar-benar berbeda dari wajah positifnya ketika dia datang barusan. Jali tahu bahwa Rifky terus memintanya untuk menunggu di sini, tetapi dia sebenarnya sedang menggiling. Kesabarannya, saat kesabaran orang-orang hilang, maka dengan mudah ia bisa mengungkap kekurangannya.
Jali mengerang di dalam hatinya, berpikir bahwa dia harus diselesaikan, dan dia tidak boleh jatuh ke dalam tipu daya Rifky.