Suara ambigu dari tamparan Rifky memenuhi ruang tamu itu, dan orang-orang tidak bisa tidak membayangkan banyak adegan yang merangsang. Hana ditindih ke sofa oleh Rifky, kulit merah mudanya semakin merah. Namun, meskipun dia merasakan sakit yang membara di pinggulnya, Hana masih hanya berbisik sesekali, tetapi wajahnya yang menawan menunjukkan rasa sakit dan kegembiraan.
Rifky merasakan elastisitas luar biasa yang dibawa oleh pantat Hana, tetapi bertanya-tanya dalam hatinya, "Apakah Hana suka orang lain menyiksanya untuk waktu yang lama? Kenapa dia tidak memohon belas kasihan?" Begitu pikiran ini keluar, Rifky melihat ke arah Hana dengan ekspresi sedikit aneh. Dia menghentikan gerakan tangannya dan meremas pantat bundar Hana sebelum tersenyum bertanya, "Kamu suka perasaan ini?"
