Beberapa hari ini tak terdengar kabar dari Dokter Haris.
Ternyata, dokter muda itu sedang berlibur ke puncak.
Tak lama memang, hanya satu hari saja.
Dokter Haris butuh untuk menyegarkan otak sambil berpikir apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan cinta Nurma.
Memang sebenarnya Dokter itu tak ingin mengganggu rumah tangga Nurma, namun, saat ia mendengar penderitaan yang dialami oleh gadis itu, ia tak dapat tinggal diam.
Ia rela jika gadis yang ia cintai hidup bahagia dengan pria lain, namun, ia tak rela jika pria itu sampai menyakiti Nurma atau bahkan tak menganggap Nurma sebagai istri.
Saat Dokter haris selesai berlibur dan hendak ke Jakarta, ia menerima telepon dari Ajeng yang mengatakan jika kondisi Nurma semakin tak baik.
Ajeng bercerita jika ia selalu mendengar Nurma dan juga Fawwaz bertengkar, berdebat hingga membuat gadis yang berusia delapan belas tahun itu menangis.
Tentu saja mendengar hal itu, maka Dokter Haris tak terima.