Saat Nurma masuk ke dalam rumah, untung saja orang orang sudah tertidur, sehingga ia tak harus menjelaskan alasan Fawwaz tak pulang dengan dirinya.
Nurma pun segera menuju ke kamar tidurnya.
Air matanya tak terbendung lagi, kesedihan yang ia tahan sejak ia berada di dalam mobil tadi, akhirnya pecah juga.
Tangisan dan pilu memenuhi malamnya.
"Mengapa hati saya menjadi sesakit ini? Padahal sebelumnya, saat Tuan Fawwaz belum bisa mencintai saya, saya tak begitu sedih!" gumam Nurma sambil memegang buku harian Fawwaz yang ia ambil dari laci yang berada di samping kamar tidurnya.
"Kata orang, memang cinta pertama akan susah dihilangkan dari hati, namun, saat Tuan berkata dan juga bahkan berjanji pada saya jika Tuan telah melupakah Katrin, saya pun percaya! Namun, Tuan malah menghianati saya! Tuan bermesraan dengan dirinya tanpa memikirkan perasaan saya yang menjadi istri Tuan!" kata Nurma sambil menangis sesenggukan.