"Sebenarnya apa yang terjadi kepadamu, Manis? Lekas beritahukan kepadaku, aku ingin kamu memberitahuku akan banyak hal, tapi sepertinya kamu sekarang gemar sekali main kucing-kucingan denganku. Aku sama sekali ndhak mengerti apa yang terjadi, hanya saja aku merasa kamu ini sekarang sedikit aneh, suka benar main rahasia-rahasiaan denganku. Aku ndhak mengerti bahkan sampai kapan pun juga. Ini adalah masalahnya, dan kamu sudah ndhak jujur jadi kenapa kamu malah selalu merenung seperti ini? Murung bukanlah gayamu, Manis. Sebab dari yang aku kenal kamu, kamu adalah sosok yang selalu riang gembira, jadi murung bukan gayamu sama sekali."
Kulihat Manis tampak tersenyum manis, dia sama sekali tidak bisa mengerti jika aku khawatir denganya, itu adalah masalahnya dan selalu menjaga jaraknya sendiri seolah dia tetap menjadi orang asing adalah hal yang tidak bisa terbayangkan bahkan sampai kapan pun juga, dan aku sama sekali tidak bisa meraba apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan dengan baik oleh Manis sekali.
"Rianti, jika boleh dibilang jujur aku ini kesal dengan kangmasmu, bagaimana endhak toh, dia ini adalah pemuda yang paling menyebalkan sekali. Aku sama sekali ndhak pernah menyangka jika kangmasmu adalah lelaki yang sangat egois sekali. Aku hendak menikah dengan seorang lelaki yang sudah ditakdirkan dan dijodohkan oleh simbahku. Namun bagaimana bisa kangmasmu malah seolah menjadi sosok yang paling tahu aku dan menjadi sosok yang paling menyebalkan yang pernah ada? Jujur, aku sangat lelah, Rianti. Sampai kapan dia akan terus seperti ini? Jika sejatinya hubungan kami hanyalah hubungan persahabatan, jika sejatinya dia ndhak memiliki hak apa pun untuk melakukan banyak hal yang sangat keterlaluan seperti ini. Dia ndhak memiliki hak, dia terlalu ikut campur dalam urusan orang, dan aku ndhak suka dengan sifatnya yang seperti itu."