Pagi yang cerah dan sibuk.
" Sarapan dul Teh!" Ajak Bi Aneu.
" Ia bi. Dah siap? " Tanya Balik Jian.
" Udah Teh, Di bawah juga sudah ada A Dika dan Bapak." Jelas Bi Aneu.
" Ia bi, bentar lagi." Ucap Jian yang sedang bersiap-siap. Tiba-tiba Rania memeluk Jian dari belakang.
" Aku bakal kangen kamu." Rengek Rania.
" Bentar kok." Ucap Jian.
" Tiga bulan tuh lama Ji." Rania yang masih merengek.
" Aku titip papap yah.?" Ucap Jian.
" Jangan lama-lama." Rengek Rania.
" Kok kaya yang Kesal? Gak nyaman yah kerja sama papap aku?" Tanya Jian heran.
" Enggak, Papap kamu baik banget. Aku kesepian aja, aku gak bisa deh jauh dari kamu.!" Ucap lembut Rania.
" Udah dong, Aku juga berat. Tapi ini keinginan aku dan kalian harus dukung aku. Konon katanya kalo banyak yang berat ngelepas seseorang untuk pergi, Biasanya suka gk berjalan lancar." Jelas Jian.
" Amit -amit deh. Ia deh ia semoga kamu lancar di sana. Kalo ketemu Bias jangan lupa mintain tanda tangan buat aku " Pinta Rania.
" Ia ia aku usahakan. " Ucap mantap Jian.
" Emang bakal ketemu?" Tanya Rania meragukan.
" Enggak !" Jawab polos Jian membuat Rania cemberut gemas dan tertawa.
" Kirain." Balas ledekan Rania. Raniapun bergegas turun dari kamar Jian menuju meja makan.Di sana Papa Joni sudah siap dengan sarapannya begitu Juga Dika.
" Lama bener!" Gerutu papa Joni.
" Biasa pap wanita kalo dangdan ya lama." Ucap Rania.
" Emang Jian cewe? " Ucap Papa Joni dan Dika secara bersamaan. Seketika mereka tertawa bersama namun raut wajah Jian berubah sinis.
" Mulai deh nge buly aku. Ayo kita buktikan kalo aku cw.!" Tantang Jian.
" Gimana?" Tanya Dika dengan sedikit meninggikan suaranya.
" Ayo kita buat bayi?" Ajak Jian.membuat papa Joni tertawa terbahak-bahak.
" So so an ciuman aja belum." Bantah Papa Joni.
" Udah." Jawab Spontan Dika.
"Kapan?" Tanya lagi Papa Joni.
" eu.."
" Sarapan dulu." Potong Jian memasukan roti pada mulut Dika dan membuat Dika berhenti bicara. Wajah Jian memerah membuat Rania tersenyum.
" Kok aku yang malu yah!" Seru Rania melihat tingkah Jian dan Dika.
" Biasa emang gitu, Orang lain yang mesra kita yang malu." Ucap papa Joni mempertegas .Dika sibuk dengan rotinya sementara Jian sibuk mengoles-ngoles roti beberapa kali karena salah tingkah.
" Ia pak, Mereka kapan ya pak nganunya? " Tanya polos Rania.
" Diem gak Ran!" Teriak Jian.
" Kenapa sih Ji? Kok gak cerita ke aku?" Tambah lagi Rania.
" Makan-makan." Suruh Jian sedikit kesal.
" Gak usah salting kali Ji!" Pinta Papa Joni sedikit menggoda. Papa Joni terus tertawa melihat Jian yang salah tingkah.
" Sudah pak kasihan. Muka Jian udah kaya kepeting rebus." Ucap Rania.
" Bukan tapi kaya selai stroberi." Tambah Papa Joni.
" Iih aku kapan makannya ini." Rengek Jian.
" Hahaha udah sayang jangan dengerin." Ucap tiba-tiba Dika yang membuat repleks tangan Jian melemparkan daun selada ke wajah Dika. Namun Dika tak marah malah memeluk Jian dihadapan Papa Joni dan Rania.
" beu beu beu mesraan di depan yang Jomblo." Ucap Papa Joni.
" Kan pak kok aku yang malu yah? " Tanya Rania pada papa Joni.
" Tutup mata!" Perintah Papa Joni.
" Geli ih ngeliat mereka." Tambah Rania Polos.
" Aku pengen muntah Ran." Jawab seenaknya Papa Joni.
" Cepet punya pacar Ran!" Perintah Jian.
" Aah kau ini." Balas lembut Rania.
" Udah punya gebetan belum?" Tanya Jian.
" Ada sih orang yang aku suka." Jawab Rania.
" Siapa?" Tanya jian lagi penasaran.
" Ah enggak ah, malu. nanti kalo aku sukses sama gebetan aku nanti aku ceritain." Jawab Rania.
" Di kantor yah?" Tanya lagi Jian.
" Ah kamu.ah pokonya gak mau jawab." Rania yang tersipu oleh pertanyaan Jian.
" Sebel deh Ran, Kamu nagapain sih gaya malu-malu gitu?" Tanya Rania yang aneh melihat tingkah gemas Rania.
" Yang penting gak malu maluin kaya kalian." Jawab lagi Rania.Membuat wajah Jian cemberut namun Jian saat itu merasa malu dan salah tingkah.
Jian suka suasana hangat seperti ini. Meja makan yang tak mewah menjadi bermakna dengan adanya kebersamaan. Tersirat dalam lubuk hati Jian seperti berat meninggalkan suasana seperti ini.
" Apa aku di sana akan mendapat suasana hangat seperti ini?" Bayin Jian berkata.
" Betapa aku sangat bersyukur ya allah. Aku mempunya ayah seperti Papa Joni yang sangat mencintaiku. Memiliki kekasih yang aku harap menjadi jodohku, Memiliki sahabat yang bisa melebihi saudara. Meski aku tak memiliki ibu aku sangat bersyukur memiliki mereka semua di sampingku. Mereka juga mendukung semua langkah dan keinginanku. Impian ku saat ini ketika aku mendapat gelar sarjana ku, aku menginginkan mereka disampingku. Aamiin." Suara isi hati Jian.
" Yu masukin barang-barang Jian ke bagasi mobil." Ajak Papa Joni.
Tak banyak yang Jian bawa hanya satu koper dan dua tas kecil. Dika memasukan koper ke bagasi sedangkan Rania memeriksa pasport dan hal penting lainya. Sedangkan papa Joni masih berpelukan dengan Jian.
" Kapan gedenya yah anak papap ini? Kok tiba-tiba setinggi ini." Ucap Papa Joni dengan mengelus-ngelus rambut Jian.
" Tapi masih imut kaya bayi kan pap?" Tanya manja Jian.
" Imut kini amit-amit." Ucap Papa Joni yang masih enggan melepaskan pelukannya.
" Udah Om masuk. Udah pelukannya." Ucap Dika yang menyuruh Papa Joni bergegas karena takut ketinggalan pesawat.
" Kan kamu udah tadi malem. Giliran Om yang peluk-peluk Jian." Ledek Papa Joni yang membuat Dika menundukan kepala dan menghentikan bicaranya.
" Apa sih papap!" Ucap Jian sambil mencubit perut Papa Joni.
" Hehehehe " Papa Joni yang tertawa.
" Jian malu pap." Keluh Jian.
" Gak papa gak usah malu.Toh sama papap ini.Tapi inget pesen papap yah kamu jangan sampai buat Papap malu, dan kamu harus bisa jaga diri kamu dan harga diri kamu." Nasihat Papa Joni yang membuat Jian enggan juga melepaskan pelukan Papa Joni.
" Ia pap." Jawab Jian dengan menganggukan kepalanya.
" Sebenarnya Papap ingin kamu cepat menikah supaya kamu dijauhkan dari dosa." Perintah Papa Joni.
" Ia maaf ya pap kalo Jian buat papap kecewa." Ucap Jian.
" Gak papa kamu memang harus belajar tanggung jawab terhadap diri sendiri. Ngerti kan maksud papap?" Tanya Papa Joni yang mengisyaratkan sesuatu dan memang Jian mengerti.
" Ia Pap" Jawab Singkat Jian.
" Gimana rasa nya Ci*****?" Tanya vulgar Papa Joni yang sebenarnya menggoda Jian.
" Papap apaan sih malu tau. Papap nyablak banget sih kaya emak-emak kang gibah." Teriak Jian.
" Hahahaha yaudah Papap tanya Dika." Ledek Papa Joni.
" Tidaaakkkkkkkk. Pap malu tau. Jangan bikin syok terapi deh." Teriak kesal Jian.