Chereads / THE BLOODY MOON / Chapter 16 - 16. Making Love (21+)

Chapter 16 - 16. Making Love (21+)

Zeno mendongak, menatap Cia dengan seringai yang menakutkan. Lelaki itu bangkit berdiri dan menatap istrinya yang lebih pendek tiga belas senti darinya. Jemari kokoh Zeno menangkup pipi kanan Cia, seketika hawa hangat tersalur dengan sempurna memenuhi tubuh wanita itu.

"Aku merindukanmu," ujar Zeno dengan lembut.

Cia menatap Zeno dengan pandangan mendamba. Jemarinya menelusup ke dalam kaos sang suami dan mengelus puncak dada favoritnya. Tanpa sungkan, wanita itu segera membuka kaos putih tersebut dan mulai menjilati puting Zeno dengan lembut.

Aliran darah pemimpin lycan itu berdesir kencang. Dia mendesah pelan dan memegangi kepala belakang Cia dengan lembut. Hormon ibu hamil memang rata-rata tinggi, tak terkecuali Alrcia. Tangan kirinya saat ini sedang mengelus kejantanan, membuat nafsu sang suami kian melambung.

Zeno tak ingin Cia memimpin di awal, maka dari itu dia langsung mengangkat tubuh sang istri agar naik ke gendongannya. Cia tertawa melihat tingkah sang suami yang tergesa. Setelah itu, Zeno meletakkan Cia di atas kasur miliknya yang empuk. "Apa anak kita tidak keberatan?"

Cia mengernyitkan kening, "Justru aku yang keberatan."

Zeno duduk, tak lagi mengukung istrinya. Kini, dia yang merasa keberatan dengab ucapan Cia. "Maksudmu, kamu nggak mau?"

Cia mengangguk, "Aku nggak mau kalau sebentar, harus lama seperti biasanya."

Milik Zeno yang tadi hampir saja menciut, kini kembali tegak. Zeno benar-benar gemas dengan tingkah istrinya. Zeno segera melumat bibir milik istrinya yang terasa manis melebihi gula batu. Tanpa basa-basi, dia membuka kain sutra yang melekat sempurna di tubuh Cia.

"Kamu makin seksi, Cia," ujar Zeno.

Kehamilan Cia membuat tubuhnya semakin berisi, tetapi itu malah membuat dirinya semakin seksi. Kemudian, ada semburat merah muda di kedua pipi wanita itu, serta aura dari dalam semakin menambah kesan cantik yang elegan.

"Tentu saja. Aku ini menjadi rebutan di istana langit."

Jawaban Cia memancing gairah Zeno semakin menjadi, dia segera mengecup pucuk payudara sang istri; menjilat dan menyesap dengan saksama. Hal itu membuat Cia mendongakkan kepalanya, rasa inilah yang dia rindukan beberapa saat belakangan ini.

"Isap, Zeno!" Cia memerintah dengan pasti, tak ingin dibantah. Wanita itu ingin kenikmatan ini tak berlalu begitu saja.

Beberapa saat kemudian, Zeno membuka pakaiannya sendiri—keseluruhan. Hingga tubuhnya benar-benar polos dan memperlihatkan bagian favorit Cia. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, wanita itu segera menghampiri bagian yang sudah berdiri tegak tersebut.

"Halo, apakah Zeno memperlakukanmu dengan baik? Puaskan aku malam ini, ya."

Setelah mengatakan itu, Cia tersenyum lebar. Dia benar-benar gila karena berbicara dengan kejantanan Zeno. Kemudian, Cia mulai menjilati bagian itu dari bawah, membuat Zeno merem-melek karena perasaan yang tak dapat diungkapkan. Cia mulai memasukkan bagian itu ke dalam mulutnya, dia mengulum, sesekali menjilat, dan mengisap dengan teliti.

"Ahh, Sayaaang. Terus ...," desahan Zeno memenuhi tenda.

Beberapa detik kemudian, desahan Zeno semakin menjadi. Tidak! Dia tidak boleh 'keluar' dengan cara seperti ini. Zeno menarik bahu Cia dan menghempaskan wanita itu ke atas kasur. Semua gerakan Zeno telah dia perhitungkan, dia tidak kasar sedikitpun. Bahkan, Cia sampai terkekeh melihat ketidaksabaran suaminya itu.

Zeno, meletakkan kaki Cia pada masing-masing bahunya yang lebar. Dengan pelan dia memasukkan batang miliknya ke dalam inti Cia. Ouh, rasanya sungguh nikmat. Milik Cia seolah mengisap kepunyaan Zeno, hingga menyisakan dua bola yang mengencang itu. Lelaki itu juga merasakan hangat menjalar naik melalui bagian tersebut, dia mulai menggoyangkan miliknya, dan itu membuat Cia menganga.

Tak tega membiarkan payudara Cia menganggur, Zeno menurunkan kedua kaki istrinya, dan langsung memainkan kedua payudara tersebut. Tangan Zeno meremas payudara kanan, lidah Zeno menjilati pucuk payudara kiri, dan di bawah Zeno menggoyangkan miliknya dengan ritme teratur.

Cia hanya bisa mendesah terus-terusan. Jemarinya menekan kepala sang suami, itu sebagai bentuk frustasi karena kegiatan ini begitu nikmat. "Zen, gantian."

Zeno memperlambat gerakannya dan menarik diri dari penyatuan mereka. Kini posisi berbalik, Zeno di bawah dan Cia baru saja memasukkan milik Zeno yang amat pas di dalam sana. Kedua tangan Cia berada di dada sang suami, tetapi Zeno segera melahap payudara Cia yang menggantung. Kasihan payudara berisi itu jika tak digubris.

Wanita yang sedang bergerak naik turun itu mendesah. Apalagi saat Zeno sedikit bangkit, dan menopang tubuh menggunakan kedua sikunya. Menurut Cia, ini adalah posisi ternikmat karena dia bisa memimpin penyatuan. Saat Zeno mengisap kuat puting Cia, saat itu pula wanita tersebut 'keluar'. Dia mencengkeram rambut lelaki tersebut dan mendesah dengan merdu.

Walaupun begitu, gerakannya tak kunjung henti. Apalagi ketika dia keluar, di dalam sana miliknya sedang berdenyut kencang. Itu membuat Zeno menengadah keenakan. Lelaki itu segera merebahkan dirinya kembali, kedua tangan dia gunakan untuk memegang pinggul sang istri, dan Zeno membantu istrinya agar bergerak sedikit lebih cepat.

"Gerak terus, Cia." Tanpa disuruh, Cia bergerak untuk mencari kenikmatannya lagi. Di dalam sana, dia juga merasakan milik suaminya membesar, dan itu membuat Cia mengerang kenikmatan. "Sayaaangg," desah Zeno.

Cia bergerak memutar, melingkar, dan meliukkan tubuhnya. Nikmat ini terlalu berlebih! Ouh! Akhirnya, cairan Zeno menyembur disusul dengan Cia yang mendapatkan klimaks lagi. Cia multi-orgasme. Setelahnya, mereka berdua saling menatap dengan napas yang terengah-engah. Mereka tersenyum karena berhasil meraih kepuasan bersama.

"Aku merindukanmu," ujar Zeno.

"Aku lebih merindukanmu," balas Cia.