Cia masih tercenung di balkon ketika Zeno meninggalkannya beberapa menit yang lalu. Sudah sekitar tiga puluh menit lamanya mungkin dan dia masih sendiri di tempat ini. Manik keemasannya mendongak ke arah langit di mana kerlip rasi bintang bertabur di sana. Sang luna tampak anggun menyinari malam. Semerbak aroma embun dan aura malam hari terhidu olehnya, segar dan menenangkan. Rambut peraknya tertiup embusan angin kala itu. Sangat indah dan tampak memesona.
Perempuan itu menghela napas, teringat dengan ucapan Zeno sebelum meninggalkannya tadi.
"Kalau kau tidak menjawab pertanyaanku, lalu untuk apa aku memberikan kasih sayang dan separuh hidupku untuk anak-anak kita, Cia?"
