"Angkot, Mbak!" kata Sari mengalihkan pembicaraan.
Nia langsung menoleh dan melihat ada angkot berwarna kuning yang menuju ke arah mereka. Mereka berdua melambai-lambaikan tangan, lalu angkot itu berhenti tepat di depan keduanya. Sari memperhatikan isi angkot yang terlihat sudah penuh, lalu menghampiri sopirnya.
"Pak, penuh, ya?"
"Bisa dilihat, Dek. Kayaknya masih sisa untuk satu orang. Kalau mau saling pangku, nggak apa-apa." Sopirnya terkekeh.
Sari menatap ke arah saudaranya yang menunggu, dan Nia menaikkan dagu, bertanya. Menit berikutnya, Sari sudah memangku Nia di dalam angkot, karena Nia menolak memangkunya.
"Berat banget sih, Mbak."
"Salah sendiri, mengambil keputusan tanpa minta persetujuan dariku. Sekarang rasain sendiri akibatnya. Kamu yang berbuat, kamu juga yang harus bertanggung jawab!" sahut Nia ketus, lalu kembali membaca bukunya.