"Seharusnya, aku memberi pelajaran padamu sejak dulu. Kenapa? Apa karena kau pintar, jadi sok jagoan? Lagian, apa kau dirugikan kalau aku menonton film itu? Toh aku menonton sendirian dan tak merugikan siapa-siapa?"
Nugi terus mengungkapkan kekesalan dan isi hatinya.
"Kau tahu apa yang kedua orangtuaku lakukan selama aku diskors? Aku dibawa ke psikolog anak dan aku membencinya!"
Nugi menendang salah satu meja, dan kini posisinya membelakangi Sari. Melihat itu, dan merasa ada kesempatan, dengan tubuh perut dan kaki yang sakit, Sari berusaha bangkit. Ia membungkuk, lalu berjalan pelan menuju ke pintu. Nugi masih terus saja mengeluarkan uneg-uneg dalam hatinya.
Mengenai kedua orangtuanya yang sok peduli, mengenai guru-guru yang katanya sok suci dan mengenai Sari yang sok ikut campur dengan apa yang dilakukannya. Nugi menoleh dan tidak ada lagi Sari sana, lalu ia melihat Sari sedang berusaha membuka pintu dengan kakinya.