Kami menuju pasar beramai-ramai. Kak Arfan meminta kami untuk berboncengan dengan teman-temannya. Sedangkan aku ... aku dibonceng olehnya. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambutku. Sesekali aku merapikannya. Aku memilih duduk menyamping karena memang sejujurnya aku merasa lebih nyaman duduk seperti ini.
"Sebelumnya pernah ikut kegiatan sosial?" tanya Kak Arfan.
"Pernah, Kak. Satu kali."
"Oh iya? Kegiatan sosial dari mana? Desa?"
"Bukan. Saat itu Kak Roma yang mengajakku."
"Oh."
Kemudian hening. Aku tak tahu apa yang Kak Arfan fikirkan, apakah dia memikirkan hal yang sama seperti yang biasa teman-teman fikirkan soal kami.
"Kalian pacaran?"
Sudah kuduga, ternyata Kak Arfan memang berfikir hal yang sama seperti yang lainnya. Aku tertawa mendengarya, yang membuat laki-laki itu kembali bertanya.
"Kok ketawa?"
"Nggak apa-apa, Cuma ... aku bingung kenapa banyak orang berfikir hal yang sama. Bukankah, dekat bukan berarti pacaran?"
