Sere mulai menggerakkan kakinya perlahan-lahan. Tidak bisa dipungkiri bahwa kakinya terasa sangat ngilu. Rasa sakit itu terkalahkan oleh semangat Sere untuk berangkat sekolah pada pagi itu. Sere melakukan berbagai hal secara mandiri dan pelan-pelan agar tidak merepotkan ayah dan ibunya. Setelah selesai berpakaian, Sere meraih tas ransel ringan miliknya, sengaja ia tidak membawa banyak buku seperti mana biasanya agar tidak menyulitkannya berjalan.
Sere mencoba berjalan kesana kemari dalam kamarnya untuk latihan, sesekali Sere menahan rasa ngilunya. Sere tetap semangat dan tidak menyerah. Sere mulai menuju ruang makan untuk sarapan bersama ayah dan ibunya. Sere berjalan pelan-pelan sambil menahan sakit dikakinya, Ibu melirik kearahnya, seketika Sere langsung berjalan dengan tegap dan berusaha senatural mungkin.
"Kan, Kan, Kan….. Masih pincang-pincang begitu" kata ibu. Seketika ayah langsung melihat ke arah Sere yang juga langsung berusaha berjalan dengan stabil. Ayah mengetahui kalau memang Sere masih belum bisa berjalan baik, namun ayah juga tahu kalau Sere tidak akan menyerah tanpa perlawanan ketika dilarang.
"Sere, kakinya masih sakit nak?" Tanya ayah lembut
"Engga kok yah, aman" Sere menjawab sambil berusaha duduk.
Ibu tidak berkomentar apapun ketika Sere menjawab, mungkin ibu mulai malas berdebat di pagi hari. Mengingat hari itu adalah waktu yang singkat disekolah, dimana hanya penutupan dan berbagai pengumuman saja, jadi ayah cukup tenang, lagipula Sere punya banyak teman yang tentu akan membantunya.
"Nanti kalau butuh bantuan, jangan lupa minta tolong sama teman-teman ya.. Jangan maksa diri sendiri… Ayah nggak mau kalau nanti malah kaki kamu tambah sakit" pesan Ayah
"Siap Ayah!" Sere menjawab sambil membuat gerakan hormat ke ayah
"Jangan siap-siap aja!" kata ibu
"Iya bu"
Mereka lanjut sarapan pagi bersama, ditengah waktu sarapan, ada suara ketukan pintu dengan perlahan. Sere bertanya-tanya siapa yang bertamu ke rumahnya di pagi hari? Kemudian Sere tersadar bahwa tidak ada lagi yang biasa melakukan itu kecuali tetangga depan rumahnya, Sean. Ibu membuka pintu, tidak lama ibu pun kembali. Namun, ibu kembali hanya sendirian, Sere melihat ke sekaliling arah menuju pintu, takut-takut Sean ada dibelakang ibu, tapi ternyata tidak ada.
"Cari siapa si?" Tanya ibu yang heran melihat pandangan Sere yang berpatroli
"Sean mana bu?"
"Hah? Sean?"
"Iya, tadi Sean kan? Ngapain dia?"
"Bukan, tadi bukan Sean"
"Lho, terus siapa bu?"
"Tadi itu pa Anto, nanyain ada sampah lagi ngga yang mau dibuang" jelas ibu. Pa Anto adalah petugas kebersihan di daerah rumah Sere yang biasa mengangkut sampah kerumah-rumah.
"Oohhh…" Sere agak canggung
"Emang Sean mau kesini?" tanya ayah
"Eh.. Engga yah, biasanya kan yang sika ketok pintu pagi-pagi itu si Sean, yang inilah itulah.. " kata Sere.
"Kali ini pa Anto ya, bukan Sean" kata Ayah
"Hehe.. Iya yah" jawab Sere kembali.
Mereka segera menyelesaikan sarapan dan bergegas berangkat. Rupanya diwaktu yang bersamaan, Sean juga baru saja berangkat, mobilnya sudah keluar dan berjalan melewati Sere dan ayahnya. Terdengar bunyi klakson dari papa Sean yang turut menyapa Ayah dan Sere. Kaca mobil papa Sean terbuka, terlihat Sean yang ada disampingnya melihat Sere dengan tatapan kesal, Sere melihatnya. Namun tidak menghiraukannya. Kemudian Sere dan Ayah berangkat. Selama dijalan, Sere mendapat banyak pesan dari para sahabatnya yang menanyakan kabar Sere. Sere membalasnya dengan senyum yang merekah di wajahnya. Selama percakapan mereka, tidak ada komentar satupun dari Sean. Sere mulai mengecek informasi pesan terbaca dari HP Nya, rupanya Sean sudah membaca, tapi tidak berkomentar apapun. Sere tahu kalau Sean marah karena ia tetap memaksa ke sekolah, Tapi itu adalah haknya, jadi Sere tidak begitu memikirkannya.
Sere sampai disekolah bersamaan dengan Ara. Ara yang melihat Sere masih agak pincang langsung menghampiri dan membantunya berjalan. Perlahan Ara membantunya berjalan sampai ke lapangan sekolah. Acara hari itu memang diawali dengan para siswa berkumpul di lapangan untuk diberi pengarahan, dan kemudian menuju Aula untuk acara selanjutnya. Semua siswa mulai memasuki aula. Di depannya, terdapat beberapa panitia yang berjaga, dan diantara mereka ada Andre, ketua OSIS itu. Melihat Sere yang berjalan dibantu Ara dan Mira, Andre langsung mengenalinya.
"Sere? Kamu kok dateng hari ini? Kakimu udah nggapapa?" tanya Andre
"Nggapapa kok Ka" jawab Sere. Mira tersenyum tipis melihat Andre. Menyadari itu, Andre membalas senyum Mira.
"Kalo gitu hati-hati ya.. Kalian bantuin Sere ya" kata Andre
"I.. Iya Ka" Mira menjawabnya gugup.
Sean melihat Andre dengan tatapan agak sinis, meihat itu, Arga langsung mengalihkannya. Sean dan Arga berada di beberapa barisan belakang Sere.
Semua siswa berkumpul dan mengikuti acara hingga selesai. Acara ditutup dengan penerbangan balon udara di tengah lapangan upacara yang menjadi puncak semaraknya kegiatan MPLS itu. Sere terlihat berada di kerumunan para siswa dengan ekspresi sedikit sumringah diwajahnya. Sean memperhatikannya dan terlihat senang karena Sere mulai mau berada di antara kerumunan. Biasanya, sedari kecil Sere paling tidak mau berada diantara kerumuman orang, Sere tidak suka. Namun pada hari itu, Sere mulai mau dan terlihat senyum yang merekah di bibirnya, meskipun hanya senyuman kecil.
Acara telah selesai, semua siswa diperbolehkan pulang. Namun, Sere dan para sahabatnya mau makan dulu di kantin sekolah. Arga dan Sean membeli makanan yang dijual diluar lingkungan sekolah, sementara Mira dan Ara ingin ke kamar mandi. Karena kaki Sere masih sakit, jadi Sere menunggu mereka dengan duduk di kursi kantin. Sambil menunggu, Sere meminum susu strawberry yang ia beli di kantin.
Andre dan dua orang temannya sedang berjalan sehabis rapat bersama panitia lainnya. Andre melihat Sere yang duduk sendirian di kantin.
"Kalian duluan aja ya, gue mau ke kantin" kata Andre
"Oke deh" kata dua orang temannya. Kemudian Andre menghampiri Sere.
"Sere? Sendirian aja?"
"Eh, Engga kok Ka"
"Aku cuma liat kamu sendirian lho"
"temen-temen aku lagi ke toilet sama lagi beli makanan"
"Oooh.. Kaki kamu gimana?"
"Nggapapa Ka, Cuma keseleo aja ko"
"Tapi udah diurut?"
"Udah Ka"
Mira dan Ara datang.
"Yaudah, semoga kaki kamu cepet sembuh ya" kata Andre sambil tersenyum dan meninggalkan mereka bertiga.
"Iya Ka, makasih" jawab Sere
Mira dan Ara tampak senyum-senyum ke arah Sere. Sementara Sere tetap sibuk dengan susu strawberry nya.
"Apa?" tanya Sere yang menyadari kalau sedang diperhatikan oleh kedua sahabatnya. Mira dan Ara kompak menggelengkan kepalanya.
"Kok Ka Andre peduli banget ya sama lu?" kata Mira
"Apaan si, enggak ko"
Mira dan Ara tidak melanjutkan percakapan mereka karena Sean dan Arga sudah datang. Mereka kemudian lanjut makan bersama sambil mengobrol kecil membahas kegiatan MPLS dari awal hingga akhir. Setelah selesai makan, mereka pun bergegas pulang.