Chereads / THE NEIGHBOR / Chapter 22 - KEMANA SEAN?

Chapter 22 - KEMANA SEAN?

Setelah MPLS selesai, para siswa mendapat libur beberapa hari untuk mempersiapkan masuk sekolah di hari Senin. Waktu libur ini dimanfaatkan Sere untuk beristirahat dan berjalan untuk melatih otot-otot kakinya lekas membaik. Selama hari-hari itu, Sean rajin main ke rumah Sere, meskipun ujung-ujungnya mereka pasti bertengkar. Hubungan yang terjalin diantara mereka sangat unik tapi juga aneh. Ketika tidak ada mereka akan mencari, namun ketika ada mereka malah berantem. Tapi mereka tidak pernah saling marahan sampai berlarut-larut, dan biasanya akan baikan sendiri, atau Sean yang minta maaf.

Sean juga selalu membantu Sere ketika sedang latihan berjalan, mereka selalu bersekongkol untuk menyembunyikan berbagai hal dari ibu, agar Sere tidak dimarahi. Berkat latihan berjalan yang rutin, kaki Sere mulai bisa diajak kompromi untuk jalan, meskipun masih tetap nyeri. Rupanya, jurus urut dari ibu kantin dan Nenek Darmi ampuh juga.

Hari pertama masuk sekolah sebagai siswa yang sudah resmi pun datang. Semua siswa datang ke sekolah dengan sukacita. Seperti biasa, kegiatan diawali dengan upacara dan berlanjut dengan penentuan kelas serta perkenalan dengan wali kelas dan teman-teman. Rupanya Sere, Ara dan Arga satu kelas di IPA 1, sedangkan Mira dan Sean ada di IPA 2.

"Yah, ngga bareng kita" kata Mira dengan lesu

"Kan ada Sean" kata Arga

"Ih Sean mah nanti juga sibuk sendiriā€¦ ARGHHHH!!!! Gue ngga punya temen ngobrol!" Mira kesal

"Nanti kan ada temen baru" Ara menambahkan

"Kenapa kita berdua dipisah ya?" kata Sean heran

"Mungkin kita kurang pinter kali" Mira spontan. Semua tertawa mendengar Mira

"Ngga gitu juga kali Mir" Sahut Arga

"Yaudah kalian duduk berdua aja" Mira melanjutkan

"What? Gue? Duduk sama dia? OGAH!" Mira menolaknya mentah-mentah

"Dih siapa juga yang mo duduk sama lu, ntar dandan doang kerjaannya!" Sean mulai meledek

Mira memukul bahu Sean dengan kencang sampai membuat Sean kesakitan. Akhirnya mereka pun masuk kelas masing-masing.

Wali kelas Sere, Arga dan Ara adalah seorang perempuan. Sejak awal memasuki kelas, kesan wibawa yang tinggi sudah terasa. Jalannya tegak dengan membawa buku ditangannya, serta kacamata yang dipakainya. Suasana kelas menjadi hening.

"Perkenalkan nama saya Prasasti Kusuma Ningrum, kalian bisa panggil saya bu Sasti, saya adalah wali kelas kalian" ucap bu Sasti memperkenalkan dirinya, sesaat setelah duduk di kursi guru. Semua siswa tetap diam melihat ke arah bu Sasti. Bu Sasti terdiam sejenak sambil melihat ke arah siswa dan siswinya. Suasana pagi itu menjadi canggung seketika.

"Sebelum dilanjut, apa ada pertanyaan?" Tanya bu Sasti. Para siswa kembali terdiam saling menatap. Menyadari itu, bu Sasti kemudian berdiri membawa absensi dan mulai mengabsen. Satu persatu siswa disebutkan namanya. Agak aneh memang, biasanya para siswa akan diminta memperkenalkan dirinya satu persatu. Selama mengabsen, semua siswa saling menatap satu sama lain, mereka menyadari ada yang berbeda tapi tidak berani mengutarakan.

Setelah selesai mengabsen, Bu Sasti lanjut melakukan pemilihan pengurus kelas dengan sistem voting. Para siswa heran dan bingung karena mereka belum mengenal satu sama lain.

"Maaf bu, Kita ngga bisa voting langsung begini bu.. Kita kan belum kenal satu sama lain.. Bagaimana kalau kita perkenalan dulu bu satu persatu" Arga mengutarakan apa yang mengganjal di antara seluruh teman-temannya.

Bu Sasti mendengarkan Arga hingga selesai.

"Arga, kamu jadi ketua kelas!" bu Sasti menunjuk Arga. Sontak semua kaget, terutama Arga.

"Bu, Katanya Voting?" Kata salah seorang siswa yang duduk dibaris ketiga.

"Leon, kamu jadi wakil ketua kelas!" bu Sasti kembali menunjuk

Seketika semua mendadak diam tidak lagi melakukan interupsi karena takut ditunjuk begitu saja.

"Kok mendadak pada diem?" bu Sasti mulai bertanya

"kalau begitu voting kita mulai" kata Bu Sasti. Para siswa mengikuti perintah wali kelas mereka dengan rasa takut bercampur bingung. Mereka menuliskan nama yang mereka ingat saja. Akhirnya terpilihlah para pengurus yang lain. Sesi berlanjut dengan diskusi jobdesc para pengurus kelas, peraturan sekolah, dan berbagai hal lainnya. Setelah pemilihan selesai, sikap bu Sasti berubah. Ia mulai sedikit melunak saat sesi tanya jawab, terlihat bahwa sebenarnya ia baik dan tidak sekaku tadi, tapi pasti ia punya alasan tersendiri.

Sesi selesai, para siswa diperbolehkan untuk istirahat. Tentu setelah keluar kelas mereka langsung bercerita satu sama lain. Wali kelas Sean dan Mira adalah laki-laki bernama pa Roni. Sosoknya baik dan santai, berbeda dengan bu Sasti.

"Emang aura Arga tuh udah melekat kayanya ya" kata Ara

"Kenapa emang?" tanya Sean

"Jadi ketua lagi dia, tanpa proses seleksi" tambah Ara

"Hah? Serius?" Mira dan Sean kaget

"Wahh keren si ini mah" kata Mira

Arga hanya tertawa-tawa saja dengan percakapan mereka. Mereka makan sambil bercerita hingga bel masuk kembali. Di kelas, para siswa dibagikan jadwal pelajaran dan dijelaskan kembali sambil diselingi dengan sesi tanya jawab. Bu Sasti tetap pada pembawaannya yang tegap dan berwibawa, memunculkan stigma bahwa bu Sasti itu "Wali Kelas Killer". Sesi ini tidak berlangsung lama, kemudian para siswa diperbolehkan pulang. Kelas IPA 1 adalah kelas yang paling cepat selesai diantara yang lainnya, hal ini membuat semua siswa bingung dan sibuk berkeliling atau sekedar duduk dan mengobrol menunggu semua pulang. Arga, Ara, dan Sere duduk dihalaman sekolah sambil menunggu Mira dan Sean. Mereka mengobrol sedikit mengenai hari itu. Arga, Sean dan Ara memang tidak banyak bicara seperti Mira dan Sean. Mereka cenderung diam apabila tidak ditanya atau menanggapi hal yang serius.

Mereka menunggu cukup lama sampai kelas IPA 2 keluar kelas. Mereka tentu saling bercerita. Hari itu mereka memutuskan untuk langsung pulang. Sere pulang bersama Ara yang dijemput supirnya. Mira memesan taksi online karena harus ke toko kue milik mamanya yang tidak searah dengan yang lain.

"Sean, mau bareng gua ngga?" Arga menawarkan diri

"Duluan aja, gua dijemput" jawab Sean

"Dijemput siapa?" Sere bertanya

"Papa"

"Bukannya kemaren lo bilang kalo papa lu ke Bogor hari ini?" Sere memastikan. Sean tampak cemas mendengar pertanyaan Sere dan berusaha berfikir.

"I.. Iya, sore tapi.. Ja.. Jadi bisa jemput gua dulu" Sean gugup. Sere mulai merasa Sean menutupi sesuatu. Namun pada akhirnya mereka pulang duluan, entah apa yang sebenarnya Sean lakukan setelah sahabat-sahabatnya pulang. Sere terus bertanya-tanya dalam benaknya selama perjalanan hingga pulang kerumah.

Sere sampai dirumah, Ara langsung pulang. Ketika Sere hendak masuk, tiba-tiba mama Sean memanggilnya.

"Sere? Kok sendirian? Sean mana?" pertanyaan ini membuat Sere semakin aneh

"Sean bukannya dijemput om Ardi tante? Dia lagi nungguin om tadi" Sere menjawab apa adanya

"Dijemput? Lho, om Ardi ke Bogor Sere" Mama Sean juga bingung

"Tadi Sean bilang gitu tante, katanya ke Bogornya sore".

Dewi tampak semakin heran, jelas-jelas pasti Sean berbohong.

"Yaudah Sere, tante mau telfon Sean.. Makasih ya" Dewi langsung masuk ke dalam rumahnya

"Iya tante" Sere juga turut masuk ke rumahnya.

Sere mulai bingung dengan tingkah Sean yang aneh, namun Sere mencoba untuk membiarkannya meskipun Sere juga penasaran apa yang dilakukan Sean sebenarnya.