Chereads / THE NEIGHBOR / Chapter 23 - Teman Lama

Chapter 23 - Teman Lama

Sampai dirumah, Sere berusaha menghubungi Sean. Menelfon, mengirim pesan, dan spam chat berkali-kali namun tidak juga ada balasan. Sere mulai bertanya pada Arga dan Devan, siapa tau Sean main kerumah mereka. Ternyata, Arga dan Devan justru heran karena Sean tidak bersama mereka.

"Awas ya Sean sampe lu pulang!" gumamnya dalam hati.

Sere berganti baju dan melihat ke rumah Sean dari balkon rumahnya. Setelah memantau beberapa saat, belum juga ada tanda-tanda kepulangan Sean. Sere mulai masuk kembali, ketika berbalik badan, terdengar suara motor ke rumah Sean, Sere langsung berbalik kembali untuk melihatnya, ternyata benar itu adalah Sean yang menaiki ojek online. Sere tidak memalingkan pandangannya dari Sean. Mungkin, Sean mulai menyadari bahwa ada sepasang mata yang terus memantaunya, ketika hendak masuk rumah, Sean melihat kearah balkon rumah Sere. Benar, Sere tengah melihatnya tanpa henti. Tatapannya tajam, seperti tidak mengedip. Sean mulai ngeri dengan tatapannya, Sean berlari masuk ke dalam.

Sere masuk Kembali ke rumahnya dan menuruni tangga menuju dapur sambil membawa Handphonenya. Handphone nya mulai berdering, ada panggilan dari Devan.

"Halo Van"

"Halo, Re.. gue tadi kayanya liat Sean deh, tapi naik ojek online"

"Oh, iya.. dia pulang emang naik OJOL"

"Oooh, Sean udah sampe rumah berarti nih?"

"Udah, baru aja"

"Oh gitu, yaudah kalo gitu, kirain belum pulang juga tuh anak!"

"Iya, makasih ya Van!"

"Yo, sama-sama"

Percakapan mereka berhenti, datanglah seseorang yang memanggil-manggil dari arah teras. Sere mendekati sumber suara tersebut dan melihat ada seorang laki-laki yang tidak jauh dari usianya sedang berdiri.

"Hai Sere!"

"Ooh, Hai…."

Sere tertegun heran, bagaimana dia bisa tahu namanya? Sere tidak ingat siapa dia, seperti baru melihatnya hanya di hari itu.

"Lupa ya, aku Jeremy"

"Jeremy?"

Sere mengerutkan dahinya sambil terus mengingat-ingat siapakah Jeremy yang sedang berdiri di hadapannya itu.

"Aku Jeremy yang tinggal di blok depan! Kita pernah main sepeda bareng lho, lupa ya?" kata Jeremy dengan percaya diri.

"Oh! Jemy???" Sere mulai mengingatnya

"Nah! Aku lupa kamu panggil aku Jemy ya?" Jeremy juga baru mengingatnya

"Iya, aku baru inget" kata Sere

Ketika Sere dan Jeremy sedang berbincang, rupanya Sean memperhatikan mereka dari jendela lantai 2 rumahnya. Entah kenapa, perasaan Sean mulai aneh, ia mulai penasaran siapa yang mengobrol dengan Sere. Ditengah perbincangan mereka, ada suara notifikasi pesan dari HP Sere.

"Asik emang sore-sore ngobrol, siapa tuh?" pesan dari Sean

Sere hanya membukanya dan tidak membalas, Sere mengabaikannya. Kembali pada perbincangannya dengan Jeremy, Sere mempersilahkannya masuk untuk mengobrol di ruang tamu.

"Rumah ini ngga banyak berubah ya, suasananya sama gitu" kata Jeremy sambil melihat ke sekelilingnya.

"Iya, gue ngga suka ganti-ganti apapun, kalo ada yang rusak baru kita ganti" kata Sere sambil mengambilkan minum untuk Jeremy

"Wah, makasih ya" Sere membalas ucapan terimakasih Jeremy dengan anggukan kepala yang diikuti senyum tipisnya.

"Ayah Ibu kamu kemana?"

"Ayah masih kerja, kalo ibu ngga tau deh kemana"

"kamu sekarang sekolah dimana?"

"SMAN 17"

"Wah, keren! Itu bukannya sekolah favorit ya disini?"

"Katanya sih begitu"

"Kamu suka merendah deh hehehe"

"Ehmmm… kamu sendiri sekarang gimana?"

"Ehm.. aku udah daftar sekolah disini, Cuma emang belum masuk aja"

"Oh ya? Dimana?"

"Di SIS"

"SIS? Star International School?"

Jeremy menjawab pertanyaan Sere dengan mengangguk.

"Waawww! Kayanya kamu deh yang merendah"

"Ahh.. engga kok… soalnya ngga keburu kalo misalkan daftar sekarang, kan kalo sekolah lain udah pada masuk, sedangkan aku aja baru sampe"

"Ehmm.. aku agak lupa, kamu itu darimana?"

"Ohh.. aku dari Malaysia, kayaknya ngga banyak memori yang kamu inget tentang aku ya?"

Sere hanya tertawa akan kata-kata Jeremy.

"Tapi ada hal yang berubah sih dari kamu" Jeremy melanjutkan

"Apa?"

"Kamu lebih ceria sekarang, engga semenyeramkan dulu" kata Jeremy sambil tersenyum

"Emang aku serem ya? Aku bukan hantu kali"

"Oke kita ganti, kamu bukan menyeramkan, tapi tertutup mungkin ya?"

"Bukan gitu, emang aku ngga se-ekspresif bayi-bayi lain kali ya"

"Boleh-boleh yang itu deh"

Ditengah perbincangan mereka yang semakin seru, Sean tiba-tiba Kembali mengirim pesan.

"Ibu lo ada dirumah gue nih"

"Udah Tau"

Sere membalasnya dengan singkat membuat Sean gemas.

"Gue bilangin ibu lo nih kalo lo bawa masuk cowo"

"Bilangin"

Sere Kembali membalasnya dengan singkat. Sere mulai risih dengan Sean yang terus mengiriminya emoji dan sticker-sticker ngga jelas. Akhirnya Sere membisukan pesan dari Sean. Jeremy turut diam dan memperhatikan Sere yang terlihat risih.

"Yaudah kalo gitu, aku pamit ya.. makasih buat minumnya, salam buat ayah sama ibu kamu" kata Jeremy sambil berdiri dan bersiap untuk pulang.

"Eh iya, hati-hati ya" Sere mengantarnya sampai depan rumah, Sere terus berdiri melihat Jeremy sampai hilang dari pandangannya. Sere sengaja melakukannya karena tahu bahwa Sean tengah memperhatikannya seperti CCTV berjalan. Setelah Jeremy mulai berbelok, Sere langsung masuk kerumah dan bergegas mandi.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Sere melihat HP nya, ada 45 pesan yang dikirim Sean selama Sere mandi. Tidak heran baginya mendapat pesan sebanyak itu dari Sean, lagipula isi nya juga tidak jelas dan juga tidak berfaedah, jadi Kembali pesan darinya diabaikan, Sere tidak membacanya.

Hari mulai petang, ibu mulai sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam karena ayah sudah pulang.

Sere duduk di meja makan sambil memakan Strawberry, buah kesukaannya.

"Bu, ibu masih inget Jeremy? Yang dulu pernah main sepeda bareng Sere?"

"Ehm.. yang mana ya?"

"Itu lho bu, yang rumahnya di blok depan"

"Sebentar, yang bapaknya bule itu bukan?"

"Nah, itu dia bu"

"Oke ibu inget, kenapa emang?"

"Dia tadi sore kesini, tapi Sere juga agak lupa pas awal-awal, baru Sere inget"

"Dia kesini? Lho dia balik lagi kesini?"

"iya bu, dia sekolah disini, tapi di sekolah internasional deket kantor ayah"

"Wah, tetep ya mesti di internasional sekolahnya"

Sere mengangguk dengan senyum tipis ke ibu yang juga dibalas ibu.

"Ayah denger ada yang bahas kantor ayah ni!" ayah muncul secara tiba-tiba

"Ayah telinganya tajam ya" kata Ibu

"Itu ayah, Jeremy yang dulu pernah main sepeda sama Sere, dia main tadi sore" kata Sere

"Iya ayah inget, dia sekolah disini kah?" tanya ayah

"Iya di SIS, deket kantor ayah"

"Oh, Okee.. gimana dia sekarang?"

"Ehm.. dia tinggi banget sih, terus tambah putih, sama… (Sere sambil mengingat-ingat penampilannya) kayanya sikapnya tetep sama deh, masih kaya ramah gitu yah" Sere mendeskripsikannya dengan spesifik

"berarti dia ngga banyak berubah ya nak?"

"Engga sih kayanya"

"Yaudah sekarang kita makan dulu yukk" kata ibu sambil menata makanan di meja makan.

Mereka menutup hari itu dengan makan malam bersama.