Likha, Kina, Felicia dan Andrea yang di tinggalkan berempat begitu saja di ruang tengah itu kini berkumpul di atas sofa panjang tempat Likha duduk tadi. Mereka terdiam dan menatapi ke arah mana kelima lelaki itu pergi tadi, dan menunggu kembalinya mereka dari sana.
TV yang masih menyala itu sengaja di suarakan namun tidak dengan suara yang terlalu besar karena mereka sengaja menyetelnya hanya karena agar ruangan tempat mereka duduk saat ini terasa hening. Suara dari televisi itu membantu membuat mereka nyaman dan merasa tidak terlalu tegang dengan suara yang di keluarkan oleh televisi.
"Ada apa sih?" Tanya Kina yang merasa penasaran saat menunggui kelima lelaki itu yang tak kunjung datang kembali ke ruangan tersebut. Sementara Felicia dan Likha segera menggelengkan kepala mereka, karena mereka juga tak mengetahui apa yang terjadi selain mendengar suara dentingan piano itu sama seperti yang lain.
"Padahal mungkin aja itu suara piano dari tetangga sebelah!" Gumam Kina yang menghembuskan napasnya dan berhasil membuat Andrea menoleh dengan cepat ke arahnya seraya mengerenyitkan dahinya dengan penuh kebingungan.
"Tetangga sebelah?" Tanya Andrea penasaran. Dan bukan hanya Andrea yang penasaran, tetapi Likha dan Felicia juga merasa sama penasarannya dengan Andrea. Mereka bertiga kini menatap pada Kina yang mengangguk dengan sangat percaya diri.
"Iya, tetangga sebelah. Tadi pas gue metik cabai, gue ngobrol sama dia. Orangnya sedikit bule sih . Kaya cinta laura gitu lah, campuran. Dia bilang baru masuk villa sebelah tadi pagi!" Ucap Kina yang menjelaskan siapa orang yang menyewa villa sebelah mereka yang siang tadi ia temui saat memetik cabai di pekarangan belakang rumah.
Likha, dan Felicia mengangguk mengerti, namun berbeda dengan Andrea yang kini hanya terdiam dan kembali menatap lorong di mana ruang musik berada.
"Kalau secantik cinta laura, gue mau juga dong ketemu dan minta foto! Siapa tahu dia beneran cinta laura." Ucap Felicia yang kini memainkan handphone nya dan mengirimi beberapa pesan pada teman-teman sosial medianya. Kina yang mendengar ucapan Felicia itu segera menggelengkan kepalanya dan berkata,
"Nggak mirip, tapi gue rasa dia lebih cantik deh dari cinta laura!" Ucap Kina yang sukses membuat Likha, Felicia termasuk Andrea menoleh ke arahnya secara bersamaan.
"Yakin lo?" Tanya Likha yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Kina.
"Gue jadi penasaran juga!" Ucap Andrea yang kini ikut berbincang dengan Kina, Likha dan Felicia. Membicarakan wanita yang tadi Kina temui di belakang rumah yang terus tersenyum pada Kina dan sempat membuat Kina ketakutan.
Pintu ruangan piano itu terbuka secara perlahan ketika Azzam membuka nya dan mendorongnya ke dalam. Suara decitan pintu itu membuat ruangan yang tidak begitu banyak di penuhi barang tersebut menggema. Dan suara dentingan itu sempat terdengar hingga ketika kelima lelaki tersebut menoleh ke arah piano.
Secepat lirikan para lelaki itu ke arah piano, secepat itu pula suara tersebut berhenti. Jika di pikirkan lagi hal itu adalah hal yang mustahil, mengingat ketika suara pintu yang berdecit tadi bergema dan menjadi sedikit lebih lama dari aslinya. Yang seharusnya jika dentingan piano itu berbunyi, makan bunyinya harus juga menggema. Tapi yang mereka dengan tidak seperti itu.
Kelima lelaki itu saling menatap satu sama lain, sebelum akhirnya Azzam memimpin mereka dengan berjalan terlebih dahulu menghampiri piano dan melihat tuts piano tersebut yang terlihat sama sekali tidak tersentuh.
Satu detik suara dentingan itu terdengar kembali, membuat mereka semua terlonjak kaget termasuk Azzam yang sedang memperhatikan piano tersebut. Namun anehnya tidak ada satu pun tuts piano yang tertekan atau pun di tekan. Azzam berbalik menatap keempat temannya yang ada di belakangnya itu yang sedang memperhatikannya. Ia kemudian mendorong mereka semua agar sama-sama keluar dari ruang musik tersebut karena memiliki perasaan yang tidak enak dengan hal yang terjadi tadi. Azzam pun segera kembali menutup pintu tersebut dengan rapat dan menghembuskan napasnya dengan sangat panjang. Sukses membuat keempat lelaki di belakangnya itu kebingungan.
"Kenapa lo Zam?" Tanya Ryan yang menepuk pelan bahu Azzam. Lelaki itu menggelengkan kepalanya dengan peluh di keningnya yang tiba-tiba mengucur begitu saja.
"Gue rasa suara itu bukan dari ruangan ini!" Ucap Azzam yang menyembunyikan fakta bahwa dirinya sempat melihat siluet wajah pucat yang ada di pantulan salah satu gitar mengkilat berwarna hitam di hadapannya tadi. Ia yakin ia melihat wajah di sana, dan memilih untuk tidak mengatakannya pada seluruh teman-temannya karena khawatir jika mereka akan berakhir ketakutan dan memilih untuk pulang sebelum jadwal yang telah mereka susun.
"Yakin?" Tanya Alan yang kini bergilir bertanya pada Azzam mengenai hal itu. Anggukan kepala dari kepala Azzam itu akhirnya membuat mereka percaya, dan mereka pun akhirnya kembali ke ruang tengah meninggalkan ruang musik yang kini sudah tidak terdengar lagi dengtingan suara piano.
Leo berjalan di samping Azzam, melirik berulang kali pada lelaki itu yang terdiam lebih diam dari biasanya dengan wajahnya yang pucat. Dan Leo tahu jika tidak mungking di dalam sana tidak ada apapun, sehingga Azzam terlihat seperti itu.
"Ada apa?" Pertanyaan dari Kina itu adalah pertanyaan yang menyambut kedatangan mereka semua yang sudah kembali bergabung di ruang tengah. Alan menggelengkan kepalanya dan duduk di bawah Kina, bersandar pada kaki perempuan itu yang duduk di sofa.
Felicia, Andrea dan Likha menatap pada teman-teman mereka yang baru saja datang itu dan duduk di bawah mereka semua.
"Gak ada apa-apa!" Dan yang menjawab pertanyaan tersebut adalah Alvin yang kini memilih duduk di sofa single tempat Kina duduk sebelumnya.
"Ya sudah, yang penting sudah di cek!" Ucap Felicia yang langsung mengambil remote dan membesarkan volume televisi sehingga mereka semua kembali menonton film yang sempat mereka abaikan selama beberapa menit tersebut.
Saat mereka melanjutkan untuk menonton film tersebut, Leo berulang kali melirik ke arah Azzam untuk melihat bagaimana reaksi dari sahabatnya tersebut yang tadi tidak terlihat baik-baik saja. Namun sekarang sudah terlihat lebih baik saat dirinya duduk di atas karpet bersama Ryan dan Alan. Leo kembali menikmati tayangan itu sama seperti teman-temannya yang lain tanpa adanya rasa khawatir seperti sebelumnya.
Sore itu mereka habiskan dengan menonton tayangan televisi itu bersama-sama tanpa melakukan apapun. Menikmati quality time bersama mereka semua tanpa adanya handphone dan berbincang seraya menikmati cemilan yang mereka beli sebelum datang ke villa. Untuk sesaat mereka semua melupakan ketegangan yang telah mereka rasakan sebelumnya selama mereka semua berada di villa tersebut.