"Sayang, apaan sih. Ya nggak perlu juga ngomong gitu. Masa gak mau deket-deket kayak biasanya? Yang penting kan nggak kayak tadi." Ujar Alan yang mencekal pergelangan tangan Kina. Tepat setelah Azzam yang sudah pergi lebih dulu meninggalkan mereka berdua.
Karena kesal dan malu, Kina pun langsung menghentakkan tangan Alan dari tangannya. "Al, yang dibilang Azzam tuh tadi bener. Aku mau banget tau gak!! Harusnya kamu gak ngajakin aku kayak gitu tadi. Y-ya mungkin aku sendiri juga mau dan ngebales kamu, t-tapi gak seharusnya kita kayak gitu. Aku nyesel!" Tegas Kina tanpa berani menatap Alan.
Alan menghembuskan napas pelan. Raut wajahnya pun terlihat bersalah. "Maafin aku Kin… iya aku gak akan ngulangin lagi. Kita gak akan seperti itu lagi di sini. Maafin ya?"
Kina pun langsung mengangguk pelan, namun ia tidak mendekat pada Alan. Kini terbentang jarak di antara mereka berdua. Kina yang biasanya langsung bergelayut di lengan Alan, kini tidak, gadis itu hanya berdiri diam seraya bersedekap dada.
"Villa ini tuh emang agak aneh Al. Aku sendiri merasakan itu. Dan tadi, pintu kamar kosong yang di lantai dua itu kebuka dan ketutup sendiri. Kamu juga lihat. Kita berdua lihat. Apa aku bilang aja ke temen-temen?"
"Jangan, nanti mereka semua takut dan suasana liburan kita jadi kacau, sayang."
"Kamu bodoh apa gimana sih? Gak lihat tadi Andrea kayak apa? Aku tuh udah malu, kesel, nyesel juga!! Kalau kita gak saling jujur dan menutup-nutupi apa yang kita temukan dan lihat, gimana kalau ada yang mengalami hal serupa sama kita? Di antara kita semua, Andrea yang paling peka. Pokoknya aku mau cerita ke temen-temen. Aku gak mau nutupin hal kayak gitu. Bukan cuman kita berdua aja yang harus waspada, tapi yang lain juga!" Tegas Kina yang kini sudah hilang sikap lemahnya.
Tentu Kina malu dan kesal. Aibnya bermesraan dengan Alan terbongkar di hadapan semua teman-teman karena diakibatkan Andrea yang memiliki indera keenam itu tiba-tiba dirasuki seperti tadi.
Layaknya di dunia film, Kina masih merinding mengingat Andrea yang seperti tadi. Gadis itu pun membuat keputusan, untuk menjaga diri dari hal-hal tak senonoh seperti tadi.
"Kamu sekarang beneran marah?" Tanya Alan.
Kina menoleh, menatap Alan dengan raut wajah yang dahinya berkerut serius. "Aku tegas, Al. Bukan marah. Sekarang kita jaga diri, bikin batasan di sini. Lagian kalau terlalu mesra juga gak enak sama temen-temen yang lain. Kita cuman pacarana, bukan suami-istri!" Tandasnya, lalu langsung memilih berbalik arah, meninggalkan Alan begitu saja.
Alan juga paham, ia pun mengalah. Pria itu masih menatap punggung Kina yang sudah menjauh darinya. Mungkin besok ia akan meminta maaf lagi dan langsung membenahi sikapnya.
Ya, mencintai harusnya menjaga, bukan merusak. Alan sempat lupa akan perkataan itu.
Ditinggal Kina, Alan pun masih betah berdiam diri di teras villa. Ia menatap suasana depan sejenak, sekaligus menghirup banyak-banyak oksigen untuk membuat dirinya lebih tenang.
Kepala Alan menoleh ke kiri. Ia menatap bangunan Villa sebelah yang tampak lebih terang dari kemarin. Lelaki itu mengernyit ketika melihat seorang wanita blasteran cantik yang berdiri diam sambal bersedekap dada. Wanita itu berdiri di sekitar area taman depan villa sebelah.
Alan hanya melihat setengah tubuh wanita itu, karena tertutupi oleh batasan pagar tembok yang tingginya memang setengah tubuh orang dewasa. Dan saat ia terlalu lama memandangi sosok wanita itu, wanita itu pun menoleh. Wajahnya yang cantik dengan kulit putih itu tersenyum dan mengangguk pada Alan, tanda menyapa.
Alan pun balas mengangguk saja dan tersenyum. Lalu tak lama ia melihat wanita itu masuk ke dalam villa tersebut. Dan dirinya sendiri juga memutuskan untuk masuk.
Sambil menutup pintu utama, Alan pun bergumam sendirian. "Ternyata emang ada penyewa di sebelah. Bener kata Kina, orangnya cantik."
***
Para cewek langsung menuju ke lantai dua, masuk ke kamar untuk bersiap tidur. Karena memang sudah selesai makan malam, dan Azzam pun mewanti-wanti semuanya agar tidak tidur terlalu malam. Pria itu layaknya leader atau ketua dari semua temannya, memang Azzam lah yang paling dewasa pemikirannya.
Azzam tidak menghendaki adanya aktivitas ngobrol atau nongkrong sampai malam. Maksimal jam delapan atau jam sembilan sudah harus masuk kamar dan tidur.
Sejak melihat kejadian Andrea tadi, para cowok juga enggan melawan perintah Azzam. Semuanya diam dan menurut meskipun rasa kantuk belum datang. Setidaknya semua sama-sama berada di kamar, entah bisa tidur atau belum bisa tidur.
Kina, gadis itu meraih tangan kanan Andrea yang duduk di samping kirinya. Posisi tidur mereka kali ini berdampingan.
Felicia dan Likha sedang ke kamar mandi bergantian. Meskipun letak kamar mandi dekat, kini mereka tidak mau pergi sendirian, setidaknya harus berdua biar ada yang menunggu di depan pintu.
"Maafin gue ya, Rea. Kalau gue sama Alan gak begitu, lo gak bakal kayak tadi. Masih lemas?" Tanya Kina peduli, sekaligus khawatir.
Andrea tersenyum kecil dengan bibir yang sedikit pucat. "Gue gak apa-apa kok. Cuman emang agak lemas sedikit kayak hilang tenang. Lo gak perlu minta maaf, bagi gue itu wajar, hanya saja tempatnya memang nggak mendukung."
"Jelas-jelas gue salah kok. Maaf…"
"Hihi, iya deh gue maafin."
Kina tersenyum meskipun ia belum begitu lega. "Tapi di sini emangnya ada apaan sih? Gue tuh tiap hari bawaannya juga kayak aneh aja gitu. Kasih tahu gue dong…"
"Gak ada apa-apa Kin." Bujuk Andrea.
"Gue gak percaya ah. Lo gak mau jujur?"
Andrea ganti menepuk dan meraih tangan Kina. "Gak ada apa-apa. Intinya, selagi masih di sini kita jaga sikap, jaga diri, jaga perilaku, maka semuanya akan aman. Gak usah nyentuh barang-barang di area tertentu meskipun itu menarik dan mencolok. Cuman itu yang bisa gue saranin. Selebihnya, gak ada apa-apa." Jelasnya sekaligus memberi nasehat ringan.
Andrea tidak mau temannya itu merasa takut. Jika teman-temannya semakin takut, maka energi negatif yang ia rasakan di sekitar akan semakin bertambah dan bisa saja semakin kuat. Andrea tidak ingin terjadi hal itu, maka dari itu kini ia berharap bahwa semua temannya tidak punya rasa rakut yang berlebih.
"Iya deh, gue pun udah bilang sama Alan. Udah kasih batasan dan harus jaga diri selama masih di sini. Kita kan tujuannya liburan dan menyingkirkan pikiran penat dari urusan skripsi. Gue percaya sama lo, Rea."
"Tapi lo sama Alan gak kenapa-napa kan? Jangan berantem…"
"Nggak kok, gue cuman kasih batasan aja mulai dari sekarang. Gue sadar yang tadi itu memang salah. Emang bener sih, gak ada yang namanya pacaran sehat. Tapi ya gimana, gue masih pengen jalin hubungan sama dia." Ujar Kina dengan wajah sedikit murung.
Andrea tersenyum dan menepuk pelan lengan temannya itu. "Jangan mikirin apa-apa, yang penting tentang tadi nggak udah diulangi lagi. Mending sekarang kita prepare tidur." Ajaknya.
Membuat Kina langsung mengangguk dan merasa sedikit tenang.
*****