Baru saat matahari yang terik menggantung tepat di atas kepala mereka, mereka tahu bahwa mereka telah berlari sejauh beberapa kilometer tadi malam dan hampir melintasi batas ke kota lain.
Alia duduk di dalam mobil, mengambil sebotol air, dan meminumnya terlebih dahulu, tanpa menahan diri.
Tapi penampilannya yang berani dan bersahaja membuat jantung diam Deni berdetak lebih keras.
Agar matanya tidak mengkhianatinya, dia segera mengalihkan perhatiannya ke ponsel.
Melihat baterainya sudah terisi hingga 70%, dia segera menyalakannya, memutar nomor telepon yang sudah dia hapal.
Setelah beberapa saat, telepon dijawab, dan suara tergesa-gesa dari bawahannya berdering, "Ini tidak baik! Komandan, Tuan Handoko, dan orang-orang di rumah sakit semuanya telah menghilang entah ke mana."
"Apa?"
Tubuh Deni tiba-tiba menegang, dan di dalam mobil yang sangat tenang, suara di telepon bisa didengar dengan jelas oleh wanita itu, kata demi kata.