Suara Joko bergema di ruang rapat, dan para pemegang saham tidak berani mengatakan apapun untuk membantahnya.
Mereka juga kewalahan. Mereka bisa melihat pihak mana yang lebih kuat, dan pihak mana yang seharusnya mereka ajak bicara.
Soal siapa presidennya, toh tidak ada hubungannya dengan mereka, selama mereka mendapat penghasilan.
Alia melirik ekspresi semua orang, dan akhirnya tersenyum dengan dingin.
"Tuan Joko benar-benar luar biasa. Apakah Anda merasa berada di bawah perlindungan dokumen hukum dan tidak ingin mengakui saya?"
"Hmph, Wijaya Group tidak mungkin bisa berhasil saat ada di bawah tangan wanita yang tidak kompeten seperti Anda, bahkan jika Handoko bangun, saya kira dia tidak ingin melihat perusahaan ini bangkrut."