Handoko memandang pria kecil di pelukannya dengan curiga, dan dari matanya yang cerah, dia melihat sebuah keanehan, "Kendra, apakah kamu menemukan sesuatu? Apakah karena itu kamu bersikeras untuk pergi bersama kami?"
"Hei, ini rahasia. Ngomong-ngomong, paman bisa mengajakku bersamamu. Sama sekali tidak ada yang salah dengan itu."
"Oke, tapi tunggu sebentar, kamu harus mengikutiku, jangan pergi kemana-mana sendirian, kamu mengerti?"
"Jangan khawatir. Aku tidak akan berlarian ke sana kemari. Aku hanya akan membantu paman. Ngomong-ngomong, aku pasti akan pulang hari ini. Paman harus menelepon Ibu untuk melaporkannya, agar dia tidak akan khawatir tentang kita."
"En, oke."
Handoko tersenyum, meletakkan tangannya di atas kepala Kendra dan menggaruknya, lalu mengangkat telepon dan memutar nomor Alia.
Setelah beberapa saat, dia mendengar suara yang familiar berdering di telepon, "Hei, Handoko, kapan kamu dan Kendra akan kembali? Nenekku mulai memasak untuk merayakan rumah baru kita."
