Sepanjang hari, Handoko menghilang dan tidak muncul. Bahkan dia masih belum kembali di hadapan mereka pada malam hari.
Di bangsal, hanya Bambang yang mengasuh dua anak kecil sambil duduk di sebelah Alia dan mengobrol dengannya. Dia tidak ingin Alia berpikir terlalu banyak tentang kondisinya.
Tetapi Alia yang bijaksana telah memperhatikan sesuatu dalam sikap hati-hati semua orang padanya. Dan untuk mencegah semua orang merasa semakin khawatir padanya, dia berpura-pura tidak tahu apa-apa.
Tetapi ada gelombang badai di dalam hatinya, seolah-olah dia telah jatuh ke jurang maut yang gelap sekali lagi.
Matanya mungkin tidak akan pernah melihat bunga-bunga indah dan warna-warna indah itu lagi.
Tanpa mata, bagaimana dia bisa menjadi desainer di masa depan?
Ada kesedihan di hatinya, dan dia tidak banyak bicara.
