"Alia, apa yang aku katakan kemarin bukanlah kebohongan atau karena aku mabuk. Aku akan mengatakannya lagi kalau kau mau. Aku benar-benar ingin bersamamu, untuk menjadi suami dan ayah yang baik, dan aku tidak akan pernah membiarkanmu dan anak-anakmu menderita lebih jauh."
Alia langsung membenamkan wajahnya di balik selimut setelah mendengar ucapan Handoko. Dia meringkuk, merasa sedikit tergerak di dalam hatinya.
Tapi sekarang dia sudah bangun, dan tanpa dorongan alkohol seperti tadi malam, dia mengerti lebih jelas bahwa kebersamaan tidak hanya membutuhkan perasaan, tapi juga kenyataan.
"Tapi ibumu tidak menyukaiku, dan aku... Aku tidak tahu apakah aku menyukaimu atau tidak. Aku hanya ingin bersama orang yang aku suka."
Wajah Handoko langsung menjadi muram.
Ibunya, ya. Inilah masalah yang paling merepotkannya sekarang.
Melihat Alia di depannya, dia masih tidak menerima dirinya sendiri. Dan saat memikirkan sikap Nyonya Wijaya terhadapnya sebelumnya, pria itu tidak merasa heran.