Saat itu, Handoko masih berusia lima tahun dan tidak tahu apa-apa.
Apalagi saat mengikuti berbagai macam pelajaran yang diatur oleh Nyonya Wijaya untuknya setiap hari, tidak ada waktu bagi Handoko untuk mengetahui apa saja yang terjadi di rumahnya.
Dalam kawin lari yang sempurna ini, Arif meninggal dalam kecelakaan mobil.
Wanita yang dinikahinya juga menghilang. Kakek dan Nenek Handoko patah hati, berpikir bahwa sifat keras kepala dan keserakahannya telah membunuh Arif.
Berkali-kali Kakek Handoko menyesalinya. Jika pada awalnya dia tidak tertarik dengan keuntungan, tetapi hanya mempertahankan kehidupan yang sederhana seperti generasi-generasi keluarga Wijaya sebelumnya, tanpa melawan atau merebut, dan tidak menggunakan pernikahan putranya sebagai alat tawar-menawar, akankah akhirnya berbeda?
Hanya saja tidak ada obat penyesalan di dunia ini, dan hari-hari selanjutnya masih terus berjalan.
