Di Kuburan yang suasananya khusyuk itu, angin dingin bertiup.
Pada siang hari, beberapa orang meninggalkan kuburan dengan langkah berat. Wajah mereka diwarnai dengan kesedihan yang mendalam, dan mereka tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun sepanjang jalan setapak.
Saat mereka kembali ke tempat parkir, Handoko berkata dengan suara mendalam pada kakek Alia, "Tuan Soekamto, saya telah memesan sebuah kamar di hotel secara khusus, dan saya harap Anda akan menerima undangan saya dan datang ke sana."
"Hari ini adalah hari kematian putri saya, ibu Alia. Seharusnya saya yang menraktir Anda, Tuan Handoko. Saya selalu dapat menghargai pencapaian Anda. "
"Tidak perlu sungkan. Kita semua adalah keluarga, dan Anda tidak perlu memikirkan hal tersebut. Saya akan memimpin jalan, dan Anda dapat membiarkan Tuan Bambang mengikuti mobil saya."
"Wah, wah, saya merasa terhormat, Tuan Handoko."