Di rumah besar keluarga Hardiyanta saat ini, Bonita berjalan mondar-mandir dengan cemas, seolah-olah langit akan runtuh menimpanya.
Duduk di hadapannya adalah seorang wanita tua dengan banyak hiasan permata yang menghias tubuhnya. Wanita itu mengusap pelipisnya dengan lembut dan tersenyum tipis, "Oh, putriku, jangan berjalan-jalan mondar-mandir di depan mataku. Aku merasa pusing melihatnya. Duduklah dan tenangkan dirimu."
"Bu! Bagaimana mungkin aku tidak khawatir?! Ibu belum melihat sikap Handoko terhadapku sekarang! Dan, aku selalu merasa bahwa dua anak Alia itu adalah anak dari hasil hubungan mereka lima tahun yang lalu."
Bonita menatap ibunya, Sonia, dengan gugup. Wanita ini memegang setengah dari ekuitas keluarga Hardiyanta.
Dapat dikatakan bahwa dia merupakan senior yang paling sukses.