Kakak aku Kak Dias hanya menatap aku lekat, dia berkata untuk tidak campur prahara rumah tangganya jika itu memang itu terjadi.
"Sudahlah Vanessa adikku sayang, jika memang leaki berengsek Yudha itu. Berbuat kasar dan semena-mena dengan Pelangi adik kamu. Yasudah biarkan saja, aku nggak mau dia kurang ajar sama kamu Vanessa, mungkin itu karma yang harus di terima oleh Pelangi. Karena dia sudah berlaku jahat kepadamu adikku sayang," ucap Kak Dias dengan menatap aku lekat.
"Tetapi Kakak jika itu benar terjadi, aku sungguh nggak tega Kak. Karena walau bagaimana pun kasihan Kak aku sangat nggak tega sekali. Aku sangat peduli dan sayang dengan Pelangi, sekali pun Pelangi pernah menjahati aku. Tak mungkin aku tega seperti itu," ucapku dengan tampang ekpresi sangat sedih sekali.
"Sudah-sudah nak, kalian berdua jangan berdebat saja di meja makan. Sebaiknya kalian berdua makan yang banyak," ucap Mama Rose dengan menatap aku dan Kakak Dias.
"Iya Mama, aku akan segera makan. Mama ngaak perlu khawatir. Aku dan Kak Dias hanya berdebat kecil dan kami tidak berantem," ucapku dengan memberikan penjelasan.
"Iya Tante kami hanya berdebat kecil dan kami tidak bertengkar. Mana mungkin saya dan Vanessa bertengkar. Saya kan sangat menyayangi Vanessa. Karena Vanessa sudah saya anggap adik," ucap Kak Dias dengan mengelus rambutku.
Aku yang setelah makan, langsung mencuci piring setelah itu aku segera bergegas berangkat ke toko bungga.
Aku berpamitan kepada Kak Dias dan Mama Rose, Kaka Dias berkata dia saja yang m,engantarkan aku karena dia kini bekerja di Kantor Pak Angga.
"Kakak dan Mama, Vanessa berangkat kerja dulu iya. Vanessa titip anak-anak iya Mama," ucapku dengan tersenyum manis.
"Iya nak, kamu hati-hati di jalan sayang. Kamu harus tetap semangat nak. Mama mau kamu selalu bahagia nak," ucap Mama Rose dengan sangat tulus sekali.
"Vanessa kamu berangkat bareng Kakak saja, sekarang Kakak kerja di kantor milik Pak Angag kekasih kamu. Jadi sekalian Kakak menjemput Pak Angga," terang Kak Dias dengan tersenyum.
"Tante saya pergi dulu iya," ucap Kak Dias dengan tersenyum menatap Mama Rose.
Aku dan Kak Dias akhirnya pergi ke toko bungga, di depan toko bunga sudah ada Pak Angga dan Yudha yang sedang bertengkar.
"Ya ampun mau ngapain sich Yudha ke sini, sudah gitu dia pakai berantem dengan Pak Angga segala lagi, aku harus melerainya. Vanesa aku lerai mererka dulu iya. Kamu tunggu di sini iya," ucap Kak Dias dengan berjalan menghampiri Pak Angga dan Yudha.
"Yudha cukup Yudha, kamu sebaiknya pergi dari sini. Kamu jangan bikin keributan di sini Yudha, kamu jangan ganggu Vanessa dan Angga bosku Yudha sekarang kamu menjauh dari Vanessa adikku. Aku mohon Yudha," pinta Kak Dias dengan tersenyum.
Yudha memang gila, dia mendekati Kak Dias dia mulai memukuli wajah Kak Dias.
"Kamu nggak perlu ikut campur, dasar kamu kacung. Kamu itu masih culun dan cupu Dias seperti kita sekolah dulu. Kamu nggak pernah berubah, kamu itu terlalu halu mengatakan jika kamu adalah Kakak dari Vanessa, padahal aku tau kau pasti menyukai Vanesa kan," ucap Yudha dengan tertawa menyeringai.
"Kamu bicara apa Yudha? Apakah kamu sudah gila iya? Aku sayang dan peduli kepada Vanessa tulus mengangapnya sebagai adik. Tidak lebih dari itu," terang Kak Dias dengan memukul balik Yudha.
Pak Angga akhirnya menghubungi polisi, Yudha akhirnya di bawa e kantor Polisi. Sementara aku, Pak Angga dan Kak Dias ikut ke kantor Polisi sebagai saksi.
Tak berapa lama Pelangi datang, Pelangi memohon dan berlutut supaya aku membebaskan Yudha suaminya.
"Kak Vanessa aku mohon kamu bebaskan Yudha suamiku, aku sedang hamil kak. Aku nggak mau suamiku di penjara, aku mohon Kak," pinta Pelangi dengan berlutut di bawah kakiku.
Aku yang tak tega, akhirnya melepaskan Yudha dari penjara aku meminta Pak Angga dan Kak Dias mencabut laporannya.
Selama di mobil menuju toko bungga aku berdoa, aku tiada hentinya berdoa untuk keselamatan Pelangi. Aku sangat menyayangi Pelangi. Karena walau bagai mana pun aku pernah menjadi Kakaknya.
"Kamu kenapa Vanessa? Kenapa kamu bebaskan cecunguk Yudha?" tanya Kak Dias dengan sangat marah sekai.
"Kakak aku lakukan semua ini, karena Pelangi. Karena Pelangi sangat kasihan dia menangis dan berlutut di hadapan aku. Jadi aku nggak mau membuat Pelangi seperti itu, aku sayang Pelangi. Karena dia adikku, jadi aku akan melindunginya. Aku nggak peduli sekalipun Pelangi jahat kepadaku," ucap aku dengan menitikan air mata.
"Kamu seharusnya biarkan saja Vanessa, mungkin itu yang pantas untuk mereka berdua. Kamu untuk apa terlalu baik kepada Pelangi, Pelangi saja jahat banget sama kamu. Kamu malahan masih berbaik hati kepadanya," ucap Kak Dias dengan sangat kesal.
"Sudah birkan saja Vanessa seperti ini, saya mohon kepada Kak Dias jangan terlalu di marahin Vanessanya, saya nggak mau Vanessa sakit dan sedih serta tertekan. Karena di marahi seperti itu," ucap Pak Angga dengan tersenyum.
"Baik Pak Angga, saya tidsak akan menegur Vanessa terlalu keterlaluan. Tetapi semua ini karena saya sayang sekali dengan Vanessa, saya kan sangat menyayangi adik saya yang sangat berati ini. Jadi saya nggak masalah asalkan adik saya harus bahagia," ucap Kak Dias dengan tersenyum.
Setibanya di toko bungga, Pak Angga maupun Kak Dias kini menurunkan aku di toko bungga aku.
Sementara mereka berdua kembali ke kantor, aku berharap semoga saja Yudha nggak menggangu aku lagi.
Aku sangat benci dan muak, dengan keadaan aku. Aku sanagt benci sekali kepada Yudha. Aku sangat benci kenapa dia menggangu aku? Padahal kan dia sudah memiliki istri Pelangi, seharusnya Yudha setia kepada Pelangi. Tak sepantasnya dia seperti itu, tak pantas jika Yudha sangat menyebalkan.
Aku kembali bekerja, hari ini toko bungg aku sangat ramai sekali. Bahkan sangking ramainya aku sampai tak dapat beristirahat dengan baik. Aku sampai tak sempat makan siang, aku makan ketika sore jam lima sore. Setelah selesai makan Kak Dias dan Pak Angga menjemputklu.
Aku langsung masuk ke dalam mobil. Pak Angga memberikan aku jam tangan yang sangat bagus dan indah sekali.
"Apa ini Pak Angga?" tanyaku dengan tersenyum.
"Ini jam tangan dengan intan terbaik untuk kamu Vanessa, semoga kamu suka iya. Aku binggung mau memberikan hadiah apa di hari ualng tahun kamu Vamnesa sayang. Kamu sangat cantik sekali," puji Pak Angga dengan memakaikan jam tangan mewah tersebut.
Hari ini ulang tahunku, apa mungkin hari ulang tahunku? Perasaan bukan dech tetapi entahlah apa mungkin aku lupa akan ulang tahunku sendiri?
Bersambung.