"Dia sudah sadar!"
"Lempar dia ke dalam, cepatlah!"
"Baik."
Benturan yang keras segera menyadarkanku dari kondisi pingsan. Apa yang terjadi? Dimana aku? Banyak pertanyaan memenuhi kepalaku membuatku kebingungan. Namun. Kondisiku tidak membuat orang di depanku simpati. Aku merasakan pukulan yang kuat sehingga menyebabkan diriku terlempar ke belakang.
Tubuhku berguling beberapa kali. Tak peduli apakah aku masih bingung atau tidak, orang itu terus menyerangku. Tentunya, aku juga segera menyesuaikan tubuhku. Aku menggulingkan tubuhku menghindari sebuah kaki yang berniat menginjakku. Setelah itu aku segera berjongkok dan melompat ke belakang beberapa kali.
Aku kemudian menyadari lingkunganku berada. Aku berada di sebuah arena dengan pagar besi tinggi yang menghalangi sekitarnya. Ada kerumunan setengah binatang dengan berbagai bentuk yang mengeliliingiku. Mereka semua bersorak sorai dan menatap ke tempatku berada dengan semangat. Selain diriku, tentu ada orang lain di dalam arena ini.
"Mati!"
Aku menunduk menghindari pukulannya, setelah itu aku segera melompat ke belakang sekali lagi. Namun kali ini, aku menabrak pagar besi pembatas. Sosok yang berada di arena ini selain diriku setengah binatang dengan ras babi. Dia memiliki kepala babi, kulit merah-muda ke putih-putihan dan juga perut yang buncit. Senyumannya yang menjijikan menambah rasa muakku pada makhluk ini.
"Apa hanya ini yang kau bisa? Terus menghindariku? Bocah, apa kau pikir kau bisa lari dari nasibmu di tempat seperti ini?!"
Aku tiba-tiba bangun di tempat seperti ini dan harus berjuang untuk hidupku, aku benar-benar bingung harus berbuat apa. Namun sepertinya aku harus mengurus babi jelek ini dulu, di arena yang terbatas seperti ini sulit bagiku untuk tetap menjaga jarak darinya.
Dia berjalan mendekatiku, aku mulai bersiap-siap. Saat manusia babi itu mendekat aku segera melompat dan melakukan front flip untuk menghindarinya. Setelah itu aku berbalik sembari mengangkat kakiku. Saat aku berbalik tenaga di kakiku menguat, aku menendang kepala manusia babi itu dari belakang.
Dia tidak terjatuh seperti yang aku bayangkan. Manusia babi itu hanya bergerak sempoyongan untuk sesaat tetapi dia segera kembali sadar. Aku memncoba memanfaatkan waktu tersebut untuk menyerangnya lagi. Aku memukul manusia babi itu beberapa kali. Aku kemudian terkejut melihat pukulanku seolah tidak berdampak apa-apa pada dirinya.
Sedetik kemudian, manusia babi itu membalas. Dia menendang dadaku sehingga aku terdorong ke belakang. Manusia babi itu mendekat lalu memberikanku beberapa pukulan kuat pada pipi dan perutku. Rasa sakit menyebar ke seluruh tubuhku, aku segera terjatuh diiringi dengan sorak sorai yang semakin kuat.
"Bunuh dia!"
"Patahkan kedua kaki dan tangannya!"
"Hancurkan kepalanya!"
Manusia babi itu berdiri di atasku dengan bangga. Aku mencoba untuk bangun tetapi kakinya menginjak dadaku dan membuatku kesulitan untuk bergerak.
"Ini adalah akhirmu, kau petarung yang buruk."
Saat dia berbicara, aku menggunakan waktu tersebut untuk menggerakan kakiku dan mengunci tubuh manusia babi tersebut. Setelah itu aku menarik paksa manusia babi itu menjauh dari atas tubuhku. Serangan ini begitu tiba-tiba sehingga manusia babi itu terjatuh ke belakang. Aku segera bangkit dan berlari ke arahnya.
Aku melompat dan mencoba menginjak kepalanya tetapi kedua tangan manusia babi itu menahan kakiku bahkan mendorongku ke belakang. Dia memanfaat kan kesempatan itu untuk segera berdiri. Kami kembali kepada situasi yang seimbang. Setelah beberapa konfrontasi aku bisa memastikan bahwa babi jelek di depanku ini bukanlah Exor. Kekuatannya jelas tidak jauh berbeda denganku. Mungkin, babi ini salah satu makhluk terlemah di dalam barrier.
Dia memiliki tubuh yang lebih kuat dariku, kulitnya sangat tebal, lemak ditubuhnya juga mampu menyerap pukulanku. Tetapi dia juga lebih lambat dibandingkan aku. Aku masih punya kesempatan untuk mengalahkannya.
"Aku tak tahu siapa kau, tapi dalam keadaan seperti ini aku tidak punya pilihan selain membunuhmu."
"Cukup dengan omong kosongmu bocah!"
Aku dan manusia babi itu bergerak secara bersamaan, kami berdua bergerak mendekati satu sama lain. Kepalan tangan kami kemudian beradu, aku merasakan kepalan tanganku kesemutan. Kepalan tangan manusia babi itu keras dan bertenaga. Secara singkat, tenaga yang dia kerahkan lebih besar daripada diriku.
Meskipun aku kalah dalam adu pukulan tetapi aku segera menyesuaikan diri. Aku menendang manusia babi itu dengan kaki kiriku. Dia menahan tendanganku dengan tangannya. Aku menarik kaki kiriku dan lanjut menyerangnya. Kami berdua mencoba untuk bertahan dan menyerang satu sama lain. Meskipun cukup lambat tetapi otot dan daya tahan pada lengannya membuatku kesulitan mendapatkan keuntungan.
Malahan, aku tertangkap ceroboh dan membiarkan lenganku secara tidak sengaja tertangkap olehnya. Lantas babi itu melemparku ke pagar besi pembatas. Punggungku sekali lagi berbenturan dengan besi tersebut. Tak berhenti disitu, manusia babi itu menendang perutku beberapa kali, lalu dia juga membentur-benturkan kepalaku dengan keras.
"Bunuh dia!"
"Mati! Mati! Mati!"
"Lawan babi itu lembek!"
"Sialan! Seharusnya aku tidak bertaruh pada manusia lemah seperti itu."
Perubahan ini lagi … sementara aku menahan rasa sakit dari serangan serangan yang dilancarkan oleh manusia babi itu, aku juga merasakan sensasi aneh yang menjalar ke tubuhku. Perlahan, pukulan manusia babi itu terasa melemah, tidak, sepertinya resistensi tubuhku yang menguat. Beberapa luka di tubuhku juga mulai beregenerasi dan bekas-bekas luka tersebut juga menghilang.
Setelah pukulan dan serangan manusia babi itu melemah, aku segera mendorong dia ke belakang. Aku mengayunkan tanganku dan mulai memukulinya balik. Aku merasakan kekuatanku bertambah kuat, begitu juga dengan aspek lainnya dalam tubuhku. Sekarang, pukulanku mampu menyakiti manusia babi itu dengan mudah.
Setelah puas memukulinya aku menarik tubuh manusia babi itu mendekat, kemudian aku mengaitkan tanganku pada lehernya dan menghantamkan tubuh manusia babi itu ke lantai. Setelah itu aku menduduki tubuhnya dan memukuli pipinya dengan kuat.
"Hentikan itu! Ah sakit! Aku menyerah!"
Aku tidak mengindahkan permintaannya dan terus memukulinya. Manusia babi itu mencoba bertahan dan terus memohon ampun padaku namun hal itu sia-sia. Pipinya mulai berdarah dan robek, darah membasahi kepalanya, tetapi aku tidak berhenti. Aku merasakan perasaan aneh pada tubuhku meningkat dengan cepat.
Setelah terus memukulinya cukup lama akhirnya wajah manusia babi itu sudah tak berbentuk lagi. Tengkoraknya juga hancur dan berbagai organ seperti mata dan otak telah hancur karena pukulanku yang tanpa henti.
Sesuatu yang mengejutkanku adalah bagaimana setengah binatang yang mengelilingi area bereaksi. Aku awalnya berpikir mereka akan marah karena salah satu dari mereka mati, namun sebaliknya, mereka bersorak untukku dengan penuh semangat. Mungkin hal-hal kejam seperti ini adalah hal yang biasa bagi setengah binatang di dalam barrier.
Aku berdiri dan melihat ke arah tanganku. Aku bertambah kuat. Hal itu sangat jelas kurasakan. Kekuatanku bertambah saat bertarung dengan manusia babi ini. Aku bertanya-tanya, apakah pertarungan telah menstimulasi pertumbuhan kekuatanku?