"Ya ampun Sintia, aku ini hanya membahas kita mau main apa. Lagian pikiran kalian juga yang menuju pada Asep terus. Bahkan nggak cuma aku saja, jadi jangan pernah salahkan diriku saja. Salahkan pada diri kalian juga!" Protes Sindi. Dia menuding satu persatu teman-temannya dengan menggunakannya hari telunjuknya. Tak lupa tatapan kedua matanya terlihat sangat mengerikan. Namun, dia masih saja bersikap baik-baik saja dan berusaha untuk tidak terlalu tersulut emosi.
Sindi cukup sadar diri bahwa saat dirinya tersulut emosi, maka pada saat itu pula dia merasa cukup sulit mengendalikan emosinya. Memang agak aneh dan tidak masuk akal, tapi itulah yang telah terjadi. Setiap kali teringat sesuatu, maka pada saat itu pula dia merasa kalau dirinya sedang tidak baik-baik saja. Pada saat itulah dia berpikir lebih banyak dari biasanya.