Sya masih saja menangis meski neneknya sudah dimasukkan ke dalam tanah. Matanya bengkak karena banyak mengeluarkan air mata tanpa bisa membendungnya.
Sementara itu, Jun dan Lyn berada di belakang Sya yang dipeluk Ren. Lyn menundukkan kepalanya dan terus bungkam sejak di rumah sakit sampai ke pemakaman ini.
Semua sanak saudara juga ikut menangis sedih akan kepergian Bu Jena. Mereka tidak mengira akan kehilangan Beliau secepat ini.
"Sudah, sudah, ayo ke mobil." Ren menarik lembut bahu putri sulungnya sambil merangkul agar Sya tidak bersedih terus-menerus.
Meski kadang Bu Jena bersikap sinis pada Sya hanya karena Sya anak dari Ren dan Gia, tapi Sya tetap bersikap hormat dan manis pada neneknya.
Hanya sejak Sya mulai duduk di bangku SMP saja sikap Bu Jena sedikit melunak dan tidak lagi sinis pada Sya, apalagi melihat Sya pandai membuat Lyn bicara dan kadang mau tersenyum.