Ren menoleh ke sang istri sambil berkata pelan. "Aku hanya mengkhawatirkan Sya karena Sya masih bayi kecil, tentunya kurang bijak kalau dibawa terlalu lama di luar, aku takut Sya sakit."
"Untuk apa kamu khawatir dengan anak mereka?" Bu Jena menyahut. "Itu anak mereka, terserah mereka ingin mengajaknya ke mana."
Ucapan Bu Jena seolah bagaikan tusukan telak pada Ren. Tohokan tepat di ulu hati.
"Ya, Mama benar!" Zan merasa mendapat angin dari mertuanya dan ikut menyahut. "Ini anakku dan tidak mungkin aku akan membiarkan dia celaka meski di luar. Toh, kami hanya sampai jam 7 ini, tidak seperti aku bawa dia keluar sampai jam 9, kan?" Dia sedang menyindir Ren.
Selama ini, Zan sudah berasumsi bahwa kepergian Gia dan Sya sejak kemarin dulu itu tentu ada kaitannya dengan Ren.
Mendengar penuturan dari menantu bungsunya, Bu Jena mendadak saja memikirkan hal itu. Membawa Gia dan Sya sampai jam 9 malam. Bukankah kemarin Gia dan Sya memang pernah pulang di jam tersebut?
