"Sini, Sya-nya, Kak! Biar bapaknya yang gendong, yah!" Zan sudah mengambil alih dari lengan Ren.
Suara Zan memecah lamunan Gia dan dia menoleh dengan ngeri ketika sahabatnya itu ingin mengambil Sya dari gendongan Ren.
Kenapa situasi jadi serumit ini? Gia tak habis pikir. Padahal baru tadi pagi ketika dia melihat Ren keluar dari kamar mandi, lelaki itu begitu memesona, dengan kaos putih ketat melekat di tubuh atletisnya sehingga otot-otot maskulin pada lengannya muncul dengan indah tanpa berlebihan, apalagi ketika Ren menggendong Sya.
Ahh, baru saja dia menikmati keindahan Ren, mendadak semua dijungkir balik oleh Zan yang membawa ibu dan kakaknya ke sini. Bukannya Gia tidak suka mereka menjenguk dia, namun … bisakah nanti saja ketika dia puas memandangi Ren yang terlihat sangat indah dan maskulin?
Duh! Gia malah merenungi hal kurang penting begini! Dia harus membuat situasi ini menjadi baik-baik saja agar Ren tidak bangkit murkanya.