Gia dan yang lainnya mematung terperangah mendengar ucapan Zan yang bernuansa memelas. Ahh, tapi wajah Wid sama sekali tidak menunjukkan roman terperangah seperti dua perempuan di sana.
Sepertinya Wid sudah bisa menebak perasaan Zan, bahkan mungkin sudah sejak lama dia mengetahuinya, hanya dia pendam saja untuk dirinya sendiri.
"Hm …." Suara Gia sudah muncul setelah dia terdiam beberapa saat. "Aku beneran minta maaf, Zan, aku gak bisa lebih lama lagi, oke?" Ya, dia memang tak mungkin berlama-lama di tempat itu. Ini sudah waktu baginya untuk menyuapi makanan cair ke selang sonde Ren.
Dia tidak ingin kegiatan ini dilakukan orang lain. Dia ingin melayani Ren sendiri. Karena itu, dia harus berhasil pulang sekarang juga meski Zan akan memburaikan air mata sekalipun.
Kejam kah Gia? Mungkin. Tapi, jika menilik bahwa kondisi Zan sebenarnya sudah baik-baik saja, maka tak perlu ada yang dikhawatirkan dari pemuda itu.