Gia terlalu gegabah berdiri dari sofa hingga tubuhnya limbung. Segera, Zan menangkap tubuh Gia, memeluk gadis itu sehingga wajah mereka saling mendekat dengan jarak yang siginifikan.
Ya, signifikan membuat jantung Zan berdebar tak karuan.
"Aduh … sori, sori, Zan!" Gia dengan santainya menegakkan kembali tubuh dia dan berjalan ke arah pintu.
Astaga, ini sungguh tidak sesuai dengan harapan Zan. Padahal dia berharap mereka akan merasakan momen saling tatap bersama dengan pandangan antara gugup dan berdebar bersama-sama lantas saling kikuk dengan manisnya seperti yang ada di film-film drama romantis.
Sayang berjuta sayang, Zan harus menelan pasir untuk angan-angan dia itu. Gia sama sekali tidak mengubris mengenai adegan romantis semacam itu dengannya dan bertingkah sangat normal seolah hal demikian hanyalah sebuah kewajaran ketika dia berlaku ceroboh saja.
Menghembuskan napas panjang untuk meloloskan rasa kecewanya, maka Zan pun berjalan menyusul Gia ke depan.
