Tidak disangka-sangka, ternyata Zan memiliki perasaan spesial terhadap Gia semenjak mereka masih SMA, namun saat itu, Zan menyingkirkannya demi tidak menodai arti persahabatan mereka.
Lalu, ketika Gia kembali ke Indonesia dari Australia, perasaan itu muncul kembali dan bertambah tumbuh lebat membebat hati Zan tanpa bisa disingkirkan oleh pemuda itu.
Sore ini, Zan dan Gia berada di dalam apartemen milik Gia untuk menyambut kunjungan ibunda Zan. Mereka duduk bersisian di sofa.
"Oh ya, Gi … aku udah tanya ini apa belum, yah? Kakak iparmu yang galak itu ke mana waktu akad nikah kita? Sepertinya aku gak liat dia."
Deg! Jantung Gia seperti dihantam godam.
Tapi, Gia tidak ingin berlama-lama diam dan menjawab, "Ohh, dia … dia lagi ada urusan di luar negeri."
"Ohh …." Kepala Zan manggut-manggut saja dengan jawaban Gia dan berkata lagi, "Sepertinya dia lelaki sukses, yah Gi, ampe bisa keluar negeri."