Melihat putri bungsunya masih juga tertunduk usai mereka bertatapan, Bu Jena berkata lagi, "Ya sudah, mo gimana lagi, udah terjadi, ya kan Va? Sekarang … yang terpenting, itu anak harus punya naungan hukum yang jelas. Mama ingin kalian menikah segera, kalau bisa secepatnya, tak perlu ada pesta, cukup di depan penghulu saja, kamu bersedia kan, Va?"
Gia rasanya hampir tersedak liurnya sendiri saat mendengar ucapan ibunya baru saja. Menikah dengan Zan, sahabatnya sejak masa SMA?
Yah, memangnya apa yang mau dia harapkan jika dia saja melemparkan tanggung jawab kehamilannya pada Zan?
Tentu tak mungkin ibunya berdiam diri jika ini berurusan dengan perut anaknya yang membuncit.
Ini adalah Indonesia, dimana wanita hamil harus jelas siapa bapaknya dan si bapak wajib bertanggung jawab dengan pantas.
Karenanya, Gia segera terdiam saja, dia tak ingin berdebat mengenai masalah ini dengan sang ibu. Setidaknya, kini Bu Jena sudah mulai tenang melihat perut buncit anaknya.