Gia hampir tersedak air liurnya sendiri ketika mendengar ucapan ibunya di telepon bahwa sang ibu memiliki rencana akan mendatangi rumah kontrakannya.
"Va? Hei, kok malah diam, sih?" Bu Jena memanggil putrinya yang sunyi di seberang sana.
"H-Ha? Ohh, ehh, iya Ma, ada apa, Ma?" Gia tersadar dari kagetnya.
"Kamu itu, lagi diajak ngomong ama Mama kok malah melamun. Besok sehabis petang Mama mo ke sana! Mungkin naik taksi online." Bu Jena memperjelas maksud Beliau.
"E-Ehh! Jangan, Ma!"
"Jangan?" Kening Bu Jena berkerut. "Kok malah jangan?"
"Itu, anu … jadi gini, Ma … um … aku itu udah gak tinggal di sana lagi." Gia bergegas mencari alasan sekenanya.
"Ehh? Kok enggak di sana lagi, sih?" Bu Jena jadi heran.
"Ya … memangnya ada keharusan aku di sana terus, Ma? Gak, kan? Nah, maka dari itu … aku ini udah pindah dari sana." Gia sudah mulai lancar bicara ketika dia telah berhasil mencari garis besar dari kebohongannya saat ini.