Pada paginya, Gia merasa makin pusing. Dia berguling ke kanan dan kiri di kasur, tapi makin pusing. "Ennghhh … aduduuuhh …," keluhnya sembari memegangi kepalanya, namun beberapa detik berikutnya, perutnya bergolak tak bisa ditoleransi.
Ia bergegas lari ke kamar mandi dan lagi-lagi muntah di sana meski ternyata hanya air saja karena isi perut sudah dia muntahkan malam sebelumnya.
Namun, dia masih saja merasa mual meski yang dimuntahkan tidak ada.
Ren masuk ke kamar dan mendengar suara Gia yang terus muntah di kamar mandi. "Gee?" Ia mengetuk pintu kamar mandi lalu mencoba membukanya, tidak dikunci. "Kenapa? Masih mual?"
Gia hanya mengangguk saja sembari terus telungkup di wastafel, satu tangan memegangi rambutnya agar tidak jatuh.
Ren mendekat dan ikut memegangi rambut Gia sambil tangan lainnya memijat tengkuk gadis itu.
"Udah, udah, udah … haahh … haahh …." Gia menegakkan punggungnya. Wajahnya terlihat pucat.