Kami terdiam sebentar mencoba mengartika kejadian itu. Apakah sekadar mimpi atau memang sesepuh dituntun untuk diperlihatkan gambaran kejam itu. Kejadian itu harusnya masih meningalkan jejak, bisa jadi kasus pembunuhan. Akhir-akhir ini juga sering terjadi di kota besar, pembunuhan yang dilatar belakangi kecemburuan sosial. Tapi heranku bekas pembantaian itu tidak ada. Pikiranku menjadi semakin pusing, di tambah hari sudah semakin dingin. Air kopi tidak bisa diminum yang hanya meninggalkan ampasnya.
Keadaan warung tampak semakin lengang. Orang-orang sudah melai meninggalkan warung untuk kembali ke rumah mengistirahat tubuh, sehingga bisa bugar kembali diesok hari. Ibu warung juga mulai menguap tanda lelah sudah merasuk ketubuhnya, hari ini dia kerja lebih keras serta perasaannya dibumbui perasaan senang karena kali ini warungnya ramai pengunjung. Bisa dipastikan malam ini dia sudah meraup untung dua atau tiga kali lipat dari penjualan hari biasanya.
Aku melihat anak remaja tadi juga mengundurkan diri, mereka menyapa kami untuk berpamitan. Sungguh sopan perilaku mereka. Tetapi ada juga yang memilih tidur di warung. Mereka ini adalah anak sebatang kara di desa x, tidak ada orangtua membuat mereka merasa bebas sekaligus kesepian. Aku memperhatikan Ibu warung sangat mempedulikan kepada mereka.
Terlihat ketika Ibu warung menyuruh mereka tidur di dalam rumah saja, di ruang tamu rumahnya. Anak ibu itu juga mempersilahkan mereka masuk, sebenarnya mereka juga teman dari anak ibu warung yang memang sudah menjadi kebiasaan tidur disana.
Warung kopi tempat kami mangkir hampir tidak pernah tutup ucap Pak Dika yang sibuk membetulkan entak kursi atau meja. Ibu warung terus bekerja hampir dua puluh jam sehari untuk menjalankan usaha ini. Karena di dekat warung terdapat empang menjadi daya tarik tambah. Warga desa sebelah bahkan sampai orang kota sering datang kesini di waktu sepertiga malam atau subuh untuk memancing.
Aku tidak memahami motivasi memancing mereka di waktu dini hari. Padahal setelah jam enam pagi mereka pulang untuk lanjut pergi bekerja. Tetapi perilaku itu sudah umum di desa x ini. Warganya lebih senang begadang terutama kaum prianya. Mereka mencari hiburan usai seharian bekerja. Bahkan masih ada beberapa pendaki yang datang hanya sekadar untuk berkemah di tepi Air Terjun. Melihat potensi ini Ibu warung juga tetap senantiasa menemani mereka, sehingga kita bisa lihat kantung matanya yang sudah tebal.
Suami ibu warung hanya sebagai kepala pengawas di pabrik kertas sekaligur pengurus pariwisata. Dia jarang sekali pulang karena pekerjaanya. Seminggu tiga kali pulang untuk melepas rindu dengan keluarga, konon kata sesepuh dia pria baik dan sangat mencintai keluarganya. Sesepuhlah yang mempertemukan mereka.
Sebelumnya Ibu warung adalah gadis bunga Desa x. Dia menjadi idola warga melalui tarik suara merdunya. Beberapa kontes dangdut bahkan pop telah dia menangkan sempurna, tidak ada yang bisa mengalahkannya kala itu. Singga petaka itu menimpanya.
Kejadian yang tidak bisa dilupakan oleh warga Desa x serta Ibu warung. Kala itu ketika dia tampil dalam pembukaan suatu perusahaan di Kota Y, dia ditikam dari belakang. Sebenarnya acara itu digelar untuk dua hari, acara bertakjub konser menyanyi yang menampilkan banyak biduan dari penjuru wilayah untuk saling meriahkan pembukaan perusahaan.
Ibu warung salah satu persertanya. Dia berangkat bersama satuan bandnya yang menghabiskan satu hari perjalanan. Waktu itu ibu warung sangat populer di kalangan anak muda sampai orangtua, khususnya ibu-ibu. Mereka menyukai suara dan lagunya. Lagu-lagu yang dibawakanya sangat menjiwai suasana, terutama bagi kaum galau. Aku sendiri juga pernah melihat konser ibu warung waktu kecil. Dan, tidak menyangka bisa bertemu dalam situasi seperti ini. Semesta memang misterius, gumamku dalam hati.
Orang-orang bergerumun menyambut kedatangan ibu warung untuk menyanyi. Mereka saling berdesakan supaya bisa menatapnya langsung, bahkan tidak sedikit ingin menerobos barisan sekadar meminta tanda tangan. Namun sayang, kepopulerannya membawa iri salah satu pesaingnya. Pesain ini memendam kebencian karena tersaingi kepopulerannya. Setelah penampilan pertama, padahal ada tiga kali lagi tampil, ibu warung ditikam dari belakang di ruang ganti.
Pelaku penikaman menutupi tubuhnya dengan jubah hitam sehingga kamera cctv tidak bisa mendeteksi identitasnya secara jelas. Penikaman terjadi sangat cepat dan secepat itu juga pelaku pergi meningalkan ibu warung dalam kondisi belumuran darah. Ibu warung sempat menelpon agensinya untuk meminta pertolongan tetapi telpon itu hanya tersambung tampa suara lanjutan.
Staf acara memergoki kejadian penikam itu tidak bisa mengejar pelaku, mereka memilih untuk segera menyelamatkan nyawa ibu warung. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, ibu warung sempat memberikan rambut pelaku.
Ternyata ibu warung sempat memperi perlawanan kepada pelaku. Dia menjambak rambut dan mengores muka bagian kanannya dengan jarum konde. Ibu warung memberikan rambut itu, berharap bisa menjadi bukti tambahan untuk menemukan pelaku. Kemudia dia pingsan.
Di dalam kondisi genting itu semua staf bekerja keras untuk menyelamatkan nyawanya. Sampainya di rumah sakit tanggung jawab penanganan diberikan kepada tenaga ahli. Perawat dan Dokter berlarian menuju ruang oprasi karena pendarahannya begitu deras. Para staf pun kembali ke tempat acara untuk melanjutkan tuganya, hanya ada satu orang yang menunggu kabar ibu warung. Dia adalah pria yang telpon tadi.
Pria itu segera meminta tim khususnya untuk memeriksa hasil rekaman cctv dengan teliti. Hasil rekaman itu dia periksa dengan saksama hingga membuahkan petunjuk. Pelaku adalah seorang wanita, dia mengenakan nomor peserta tujuh belas dibagian bawah roknya. Artinya dia juga salah satu tamu undangan untuk menyanyi diperhelatan pembukaan perusahaan itu. Lantas tanpa mununggu lama, pria itu menelpon staf yang menjadi penanggung jawab peserta nomor tujuh belas dan menceritakan kronologi serta petunjuk.
Selang lima jam menunggu hasil operasi, ibu warung sudah bisa dijenguk. Wajar pertama yang dilihtat Ibu warung adalah Pria itu. Dia menjadi orang pertama menjenguk dan mengabarkan bahwa pelaku sudah tertangkap. Ibu warung belum bisa berbicara lancar, tetapi wajahnya tampak sangat senang mendengar kabar baik itu. Dia berterimakasih sangat besar telah membantu menyelamatkan nyawanya serta menyelesaikan perkara.
Setelah kesembuhannya, ibu warung tidak lagi tampil di setiap acara. Dia menganti profesinya menjadi mentor tarik suara bagi idol baru di kota Y. Semenjak kajadian itu sudah berkisar dua tahun, pria penolong tetap mengunjungi ibu warung.
Dia sangat menyukai biduannya itu, tetapi tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Sering terlihat, pria itu duduk di tepi empang sambil melempari batu, kegiatan ini dilakukannya setiap kali usai mengunjungi biduannya. Sesepuh yang memang sudah tahu perkara kejadian medatanginya, menghibur kegundahan hati pria itu dan menasehati tentang cinta kepada makhluk-Nya.
Sesepuh menganjurkan kepada pria itu untuk terlebih daluhu menyamakan frekuensi dengan ibu warung. Supaya cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Kiat-kiat asmara sesepuh sangat kuat bahkan sampai melekat dipikirannya. Sehingga selang beberapa minggu berikutnya mereka sudah saling menyatakan cinta, dan ternyata selama ini ibu warung juga memiliki perasaan yang sama kepada lelaki penyelamatnya itu.
Ternyata setiap lelaki penyelamat itu berkunjung ke rumah, hatinya berbedar, tangannya berkeringat dingin, tubuhnya panas dingin seperti orang demam, bukan sakit melainkan jatuh cinta. Saat itu memang ibu warung belum bisa mengartikan pesaraannya. Dia hanya merasa senang melihat keberadaan pria menyunjunginya ke rumah.
Setelah beberapa minggu menjalani pendekatan mereka memutuskan untuk menikah.Sesepuh terpilih menjadi penguhulu mereka, sebagai balas budi telah membantu kelancaran cinta mereka. Acara pernikahan digelar meriah, selama tiga hari berturut menampilkan penyanyi lokal dan anak didik ibu warung untuk tampil.
Hal itu sangat dia syukuri bisa menikah dengan orang tercinta. Begitu juga orang-orang sekitar merasa sangat tenang ketika ibu warung sudah menikah. Artinya sudah ada yang melindunginya secara penuh setelah sepeningal orang tuanya.
Sesepuh menceritakan dengan penus semangat kepadaku. Tujuannya ingin mencairkan suasana tegang setelah bercerita kejadian di rumah kosong. Beliau tidak ingin membuatku dan Pak Dika mengalami mimpi buruk, tetapi beliau juga meyakinkan kami bahwa para pengunjung masih berada di rumah kosong itu namun bukan sebagai manusia, tubuh mereka telah lenyap.
Aku mengangguk tanda setuju. Mengerti perihal keberadaan tanpa tubuh, mereka sudah menjadi roh gentayangan. Dan, terikat pada rumah itu karena perbuatan yang mereka langgar. Pak Dika tampaknya tidak ingin mengungkit kembali kejadian itu dengan mencoba memaikan gitar.
Aku baru sadar ternyata salah satu anggota band ibu warung adalah Pak Dika sebagai gitaris. Belia tersenyum kepadaku sambil menyanyikan lagu Bondan Prakoso judul Ya sudahlah. Suasana di warung kembali hangat, semua orang memeriahkan suasana dengan beryanyi sebelum kundur pulang ke rumah untuk beristirahat.