Mr. Ben bergembira melihat dirinya sudah bebas dari pedang itu, kegembiran telah membuatnya melayang-layang menembus setiap benda padat di sekitar kami. Aku ikut senang ketika melihat kegembiraannya, terasa hangat, ramah, bersahabat. Karena sudah cukup lama aku tidak melihatnya seperti ini.
Beberapa saat kemudian bus kami tiba, kursi-kursi terlihat longar hanya ada kami berlima, ibu dan anaknya, aku dan Mr. Ben, pak supir mengemudi didepaan kami. Aku menyapa penumpang lain itu ramah, melebarkan sedikit senyuman supaya tidak terlihat kaku. Mereka membalas kehangatan senyumku.
Posisi duduk favorit di dekat jendela bagian kursi paling belakang. Di tepat ini memang jarang sekali orang mau duduk karena dekat mesik bus, setiap kali bus ingin melaju kepulan asap kenalpot mengepul dan sesekali sedikit tercium dari tempat ini. Tapi aku suka duduk di sini, memandang penumpang lain datang dan pergi.
Aku tidak terlalu suka keramaian bahkan naik bus hanya alternatifku saja.