Setiap jiwa keluar melalui celah itu, mereka berterbangan menghampiri tubuhnya di rumah sakit dan ada juga mendatangi sanak kelurganya untuk berpamitan. Disusul kami dibagian akhir sambil melepas rantai pengikat jiwa, celah itu tertutup dengan keras menimbulkan hempasan angin yang kuat.
Aku berjalan menuju warung mengahmpiri Amel yang sedari tadi sudah makan siang, kami berencana untuk pulang menumpang mobil ambulan ke rumah sakit. Para petuga membolehkan kami menumpang karena atas jasa kami telah membantu memberikan pertolongan kepada korban bendacan itu.
Perjalanan pulang naik ambulan diiringi isak tangis korban, kami berada satu mobil dengan korban yang sudah meninggal, dan hanya tinggal anaknya saja. Untungnya anak korban sudah desawa sedikit lebih tua dari pada aku. Dia terus menangisi jazat saudaranya itu, aku melihat ruh saudaranya juga menangis, dia adalah ruh yang barusan kukeluarkan dari dunia iblis.
Aku menasehatinya di alam ruh.